Minimnya Produksi, Harga Bumbu Dapur Di Aceh Melonjak Tinggi

oleh -9 views
Ilustrasi Rempah Rempah
Ilustrasi Rempah Rempah - Foto : Pinterest

Panennews.com – Harga barang kebutuhan sehari-hari, khususnya bumbu dapur, di Pidie Jaya, Aceh melonjak. Hal ini disebabkan oleh minimnya produksi dalam daerah dan terbatasnya pasokan dari luar.

Seiring dengan naiknya harga, para ibu rumah tangga mengaku terpaksa membeli dalam jumlah sedikit atau maksimal seperempat kilogram. “Bumbu dapur naik, saya hanya beli ala kadarnya,” ujar Fitriani, seorang ibu rumah tangga Rabu (15/05/2024).

Berdasarkan penuturan pedagang di Pasar Ulee Gle, Ibukota Kecamatan Bandardua, dan Keude Meureudu, jenis barang yang harganya melonjak antara lain bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan tomat.

Disusul jeruk nipis, cabai kering (capli kleng), serta cabai rawit. Teri Medan yang sebelumnya Rp150.000/kg, kini dijual Rp160.000/kg.

Muhammad Zahri, salah seorang pedagang pada Toko Rempah Gampong di Ulee Gle, mengatakan kenaikan harga terjadi sejak dua pekan terakhir.

Meskipun rata-rata hanya naik Rp10.000 per jenis barang, namun hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan atau omzet yang diperoleh.

Baca Juga :   Kebijakan Beras Impor di NTB Dilakukan Bertahap

Menurutnya, hal tersebut wajar karena bumbu dapur adalah kebutuhan rutin yang tak hanya satu jenis.

Zahri merincikan beberapa jenis barang yang melonjak, seperti bawang merah kampung dari Rp35.000/kg menjadi Rp50.000/kg, sementara bawang merah Bombay Rp40.000/kg.

Cabai merah yang sebelumnya Rp35.000/kg, kini naik menjadi Rp50.000/kg. Cabai kering (capli kleng) dari Rp75.000/kg menjadi Rp85.000/kg, dan cabai rawit dari Rp30.000/kg menjadi Rp35.000/kg.

Tomat dan jeruk nipis, lanjut Zahri, rata-rata hanya naik Rp2.000/kg, dari Rp10.000/kg menjadi Rp12.000/kg. Harga kacang tanah kupas tetap stabil di Rp28.000/kg dan telur bebek asin Rp3.000/butir.

Telur ayam masih bertahan pada Rp10.000/5 butir. Beberapa jenis ikan kering seperti belanak alias kadra tetap stabil di Rp25.000/kg.

Beberapa pedagang rempah-rempah di Keude Meureudu dan Meurahdua juga mengonfirmasi kenaikan harga sejak dua pekan terakhir. Alasannya adalah terbatasnya pasokan dari luar, terutama Medan, dan minimnya produksi dalam daerah.

Baca Juga :   Dampak Beras Mahal, Warung Makan Di Batang Terpaksa Kurangi Porsi

“Belakangan harga bumbu dapur agak melonjak sejak dua pekan lalu,” kata Kak Cut, seorang pedagang di Meurahdua.

Harga ikan asin seperti Tri Nasik asal Medan sebelumnya Rp130.000/kg, kini melonjak menjadi Rp160.000/kg tergantung kualitas.

Ikan teri dari Rp30.000/kg naik menjadi Rp35.000/kg, dan ikan jeunara dari Rp35.000/kg menjadi Rp40.000/kg. Harga gula pasir naik dari Rp18.000/kg menjadi Rp19.000/kg. Kentang Rp12.000/kg, dan minyak goreng merek Bimoli Rp18.000/kg.

Sementara itu, harga ayam potong rata-rata Rp55.000 per ekor, dan daging sapi Rp170.000/kg. Beberapa ibu rumah tangga di tiga kecamatan mengaku kepada wartawan, harga bumbu dapur yang naik membuat mereka terpaksa membeli dalam jumlah sedikit.

“Kalau harganya rendah, percuma saja kami capek bertani. Sama halnya dengan nelayan, kalau ikannya Rp5.000/kg, mereka capek melaut hanya cukup untuk ngopi,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.