Panennews.com – Rahmat Amin atau akrab disapa Badun, warga kelurahan Karangjati Kec/Kab Blora, Jawa Tengah terinspirasi ternak kelinci pedaging.
Tekadnya bermula saat dirinya diberi kelinci lokal oleh salah satu temannya beberapa bulan lalu.
Badun pun mulai menggapai impian untuk menekuni ternak kelinci pedaging jenis Haycole dan Hyla di lingkungan rumah pribadinya.
Puluhan kandang jeruji disiapkan, termasuk pakan (pelet), rumput hingga kebutuhan air serta disinfektan untuk kebersihan guna menjaga kesehatan kelinci.
“Jadi awalnya itu saya diberi oleh teman saya, kelinci lokal, kemudian saya bertekad untuk ternak kelinci pedaging, karena saya meyakini prospektif dikembangkan dan menguntungkan,” kata Badun, Jumat(24/02/2024).
Badun menjelaskan, untuk indukan (jantan dan betina) dirinya memelihara 60 ekor kelinci pedaging.
“Untuk indukan saya memelihara 60 ekor kelinci pedaging, kemudian setelah lima bulan berkembang, sekarang jumlahnya mencapai 500 ekor, untuk lompatan bunting, 1 : 5. Artinya satu ekor induk beranak lima ekor,” jelasnya.
Sementara untuk pakan, Badun mengaku menggunakan pelet yang di stok dari salah satu perusahaan di Solo. Selain itu juga diberi pakan rumput odot.
Untuk pemasarannya, sudah dikerja samakan dengan perusahaan yang sama.
Diungkapkan, harga untuk pembibitan kelinci pedaging Rp250.000,00 per ekor. Sedangkan untuk sapihan, berkisar antara Rp50.000,00 hingga Rp75.000,00 per ekor.
Sedangkan untuk harga daging yang sudah dikuliti dan dipotong dibandrol Rp42.000,00 per kilogram.
“Untuk satu ekor kelinci rata-rata menghasilkan daging 1,8 kg,” ungkapnya.
Tidak hanya daging yang diandalkan laku dijual, tapi juga urine dan kotoran kelinci.
“Urine kelinci, 15 liternya Rp35.000,00. Sedangkan kotorannya per 20 kg, dihargai Rp15.000,00,” terangnya.
Adapun kegunaan urine kelinci sebagai pupuk cair organik pada tanaman, demikian pula kotoran kelinci, bermanfaat untuk menyuburkan tanah.
Badun mengaku, untuk memelihara ratusan ekor kelinci, tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan ada tim yang memiliki tugas masing-masing agar pertumbuhan dan kesehatan kelinci terjaga.
Untuk menuju atau melihat dari dekat kandang kelinci milik Badrun sangat mudah, karena searah dengan embung Rowo Karangjati.
Sementara itu Aida, salah seorang mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta mengaku kagum atas usaha ternak kelinci pedaging di Blora.
“Ini menjadi sisi lain yang berbeda dan prospektif untuk dikembangkan. Biasanya warga Blora dominan ternak sapi atau kambing. Jadi ini menjadi pembeda, daging kelinci punya nilai jual yang menjanjikan, selain itu bergizi dan berprotein untuk dikonsumsi,” kata Aida.