Panennews.com – Peternak kerbau di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, puyeng. Pasalnya, sejumlah sungai di kabupaten berjuluk Bumi Kartini mengering selama musim kemarau. Imbasnya, ternak kerbau kehilangan tempat berkubang.
Peternak Kerbau, Arifin mengatakan, di Sungai Serang Wulan Drainase (SWD) II saja debit airnya sudah menipis. Padahal sungai tersebut menjadi andalan peternak untuk menggembala kerbau.
“Sungai sudah pada mengering, di sungai besar seperti SWD II saja titik terdalam hanya berkisar 2 meter,” ujarnya, Kamis (12/10/2023).
Arifin mengungkapkan, volume yang minim itu sudah terjadi selama tiga bulan. Ia khawatir jika hujan tak kunjung turun, air untuk hewan ternak akan semakin sulit diakses.
“Kekeringan sudah terjadi sejak awal Agustus. Banyak ikan yang mati karena debit menipis. Sungai ini untuk beternak kerbau, makan, dan juga minum juga. Kalau air habis repot kita,” beber warga Desa Gerdu, Kecamatan Pecangaan itu.
Arifin berharap kekeringan ini tidak berlarut seperti pada tahun 2019 silam. Pada tahun itu, ia terpaksa menggunakan pompa air untuk mandikan kerbau karena sungai SWD II mengering.
“Bahkan saat itu sejumlah peternak Desa Gerdu dan sekitarnya harus menyedot air dari sumur untuk dialirkan ke sungai SWD II yang sudah diberi bendungan kecil untuk menahan air, agar kerbau bisa mandi,” jelasnya.
Efeknya adalah biaya untuk merawat hewan ternak semakin membengkak. Mengingat, pompa air diperoleh dari menyewa.
Maka seluruh peternak dikenakan iuran sebesar Rp 20.000 untuk ambil air di sumur untuk dialirkan ke sungai. Sedikitnya, 70 peternak tergabung dalam sistem pemandian ternak.
“Jaraknya lumayan dari sumur ke sungai berkisar 100 meter. Agar sungai penuh dengan air, membutuhkan waktu 24 – 48 jam. Sumurnya pun sumur umum, jadi bebas dipakai peternak juga diperbolehkan,” pungkas pria berusia 42 tahun itu.