Jadi Persoalan Bersama, Ketahanan Pangan Jadi Tema Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023

oleh -21 views
Jumpa pers Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 bertema ketahanan pangan. (Dok. Pemda DIY)
Jumpa pers Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 bertema ketahanan pangan. (Dok. Pemda DIY)

Panennews.com – Dalam sejarah, kawasan Kerajaan Mataram Islam pernah menjadi food estate yang mampu menyejahterakan masyarakatnya. Ketahanan pangan telah menjadi fokus, bahkan sejak zaman dulu, di daerah yang kini menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Untuk memaknai hal itu, ketahanan pangan menjadi tema besar dalam penyelenggaraan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 dengan tajuk “Kembul Mumbul”, yang akan digelar 24 September-15 Oktober 2023 di Waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo.

Demikian disampaikan Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, pada jumpa pers FKY 2023 di Kompleks Pemda DIY, Selasa (12/9/2023).

Beny menjelaskan “Kembul Mumbul” tidak semata-mata menjadikan FKY 2023 sebagai peristiwa selebrasi semata, tetapi pihaknya mengajak semua untuk mengupayakan berbagai pertemuan, sekaligus merenungkan beragam persoalan ketahanan pangan saat ini.

“Hari-hari ini pangan telah menjadi persoalan kolektif yang menguji solidaritas antar warga ketika terjadi bencana dan krisis di suatu tempat,” ujarnya.

Baca Juga :   Pemerintah Putuskan Menyubsidi Minyak Kelapa Sawit Curah

Beny menjelaskan, dalam kultur Jawa, kembulan merupakan sebuah peristiwa kolektif memakan nasi dan berbagai macam lauk pauk di satu tempat saji yang sama.

Inti dari kembulan adalah rasa saling berbagi kenikmatan untuk mengucap syukur terhadap berbagai usaha dan berkat yang telah dirasakan.

Sedangkan mumbul merupakan upaya melambungkan sesuatu hal yang dianggap penting untuk menarik perhatian dari warga.

Oleh karena itu, lanjut Beny, secara mendasar “Kembul Mumbul” dapat dipahami sebagai upaya kami untuk menarik perhatian dari warga tentang pentingnya rasa saling berbagi.

“Untuk itu, penyelenggaraan FKY 2023 diharapkan mampu menjadi penghubung yang memperantarai, mengakomodasi, mencatat, memberdayakan, dan merayakan keberadaan beragam subjek, gerak, maupun hasil kebudayaan yang lahir dan tumbuh di DIY,” paparnya.

Sementara itu, budayawan Butet Kartaredjasa menambahkan, FKY menjadi upaya edukasi kepada masyarakat terkait makna sebenarnya dari kebudayaan. Menurutnya, kebudayaan selama ini mengalami penyempitan makna hanya pada unsur kesenian, bahkan ihwal hiburan saja.

Baca Juga :   Stok Beras Hingga 858 Ton, Ketersediaan Pangan Di Kaltim Relatif Aman

“Melalui FKY 2023, kami berharap bisa mengkomunikasikan dengan baik, bahwa kebudayaan itu bukan hanya seni. Kita dari Jogja yang istimewa ini bisa mengubah cara pandang akan kebudayaan secara luas, bahkan secara politis harapannya juga berubah, sehingga anggaran pemerintah pusat maupun daerah untuk kebudayaan bisa ikut berubah,” imbuhnya.

Butet menuturkan, kebudayaan memiliki makna inti memuliakan kehidupan, sehingga semua aktivitas masyarakat dalam hidupnya merupakan bagian dari kebudayaan.

Sektor kebudayaan pun beragam, termasuk persoalan ketahanan pangan dan segala kreativitas manusia demi hidup yang lebih baik.

Harapannya melalui FKY 2023, kesadaran masyarakat terkait isu ketahanan pangan bisa terus tumbuh, sehingga menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru secara kultural untuk mencapai kedaulatan atas persoalan pangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.