Panennews.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi penanganan wabah antraks di Kabupaten Gunungkidul. Tiga agenda menjadi ujung tombak pencegahan meluasnya antraks.
“Penanganan SOP terhadap penyakit hewan berlangsung secara apik. Pak Bupati sudah atur dengan cukup baik,” kata Syahrul dalam kunjuggan ke Gunungkidul, Kamis (13/7).
Sebelumnya, sejumlah ternak di Gunungkidul diketahui mengidap antrak. Satu orang meninggal dan 87 orang menjadi suspek penyakit tersebut.
Syahrul menyatakan, melalui penanganan yang cukup aktif tersebut, antraks dapat ditekan dengan cepat dan tidak meluas di daerah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Dari deteksi di Kementan hanya ada di Gunungkidul. Kalau begitu memang langkah selanjutnya ada tiga agenda di semua daerah,” ujar Menteri Pertanian.
Tiga agenda itu meliputi agenda darurat, agenda temporer, serta agenda permanen. Ketiga agenda itu dituangkan dalam bentuk investigasi dan penelusuran kasus, pemeriksaan sampel, juga menghentikan lalu lintas keluar dan masuk di lokasi tertular.
Selain itu, dilakukan penyuntikan antibiotik, melakukan dekontaminasi dengan disinfektan pada lokasi penyembelihan dan penguburan ternak, serta penyemenan tempat penguburan ternak terinfeksi antraks.
Dalam kesempatan itu, Syahrul mengingatkan, spora antraks mampu bertahan 40 – 50 tahun. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat terutama peternak terhadap antraks harus ditingkatkan.
Sebagai tindakan penanganan dan pengendalian antraks yang sedang terjadi di Gunungkidul, Kementrian Pertanian memberikan bantuan pengendalian antraks ke Gunungkidul senilai Rp631 juta.
Bantuan tersebut berupa obat, desinfektan, sarana prasarana, serta vaksin antraks 11.017 dosis untuk Kabupaten Gunungkidul dan 12.667 dosis untuk DIY serta 37.133 dosis untuk stok BBVET Wates.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta menjelaskan peternakan merupakan subsektor penting karena berkontribusi besar terhadap Gunungkidul.
“Populasi sapi di sini mencapai 153 ribu, kambing hampir 200 ribu, dan domba 12 ribu lebih. Oleh karena itu, kami mengharapkan ke depan di Gunungkidul bisa ada RPH sebagai support system peternak di sini,” ujarnya.
Menurut Sunaryanta, optimisme dan terkendalinya respons masyarakat saat terjadi wabah menjadi kekuatan untuk menghadapi antraks.
“Kalau masyarakat panik, itu kekalahan kita. Setengah kekalahan kita itu karena panik, karena takut, kekhawatiran yang berlebihan. Tapi optimisme lah yang membangun kekuatan sehingga sampai saat ini antraks terkendali,” ujarnya.