Panennews.com – Sebanyak sekitar 90 persen nelayan tradisional di wilayah pesisir Kabupaten Pati dan Jepara, Provinsi Jawa Tengah urung melaut, lantaran masih tingginya gelombang (Baratan Muda) di Laut Jawa. Hasil tangkap ikan pun menurun drastis.
Ketua Relawan Tunggul Wulung, Ali Masadi mengatakan, ratusan perahu cukrik lebih memilih bersandar di Pantai Desa Banyutuwo dan Dukuhseti, sejak Kamis (22/12/2022).
“Sudah tidak melaut sejak hari Kamis kemarin. Selain lagi musim baratan, akhir-akhir ini di wilayah Kecamatan Dukuhseti juga terdampak bencana bertubi. Seperti angin kencang dan banjir. Setelah itu tanggal 25 juga banyak yang merayakan Natal, karena 50 persen beragama Nasrani,” ungkapnya, saat diwawancarai Panennews.com, Rabu (28/12/2022).
Kalaupun ada nelayan yang melaut, itupun hanya perahu jaring pinggir dengan maksimal area tangkap 1-2 mil dari bibir pantai. Sehingga hasil tangkap ikan juga kurang maksimal.
“Yang berani melaut sekitar 10 persen saja. Paling ikan lundu. Itu tidak hanya nelayan Dukuhseti saja, tetapi nelayan Jepara, karena di Jepara lebih parah, sehingga mereka ke sini dan bersandar di sini,” terang Ali.
Musim seperti sekarang ini, harusnya menjadi berkah bagi nelayan kecil. Mengingat banyaknya ikan tongkol yang bisa ditangkap. Hanya saja cuaca ekstrem masih mengintai.
“Kemarin ketinggian ombak 3-5 meter. Ini istilahnya musim Barat Muda. Angin ke timur, jadi perahu Jepara itu melautnya di sini, minggirnya juga di sini. Karena di sana kan di barat jadi sasaran angin. Kalau di sini agak enggak ada angin. Namun tetap saja, kalau ke tengah berbahaya, jadi hanya di pinggir-pinggir saja,” bebernya.
Ia memprediksi, gelombang tinggi bakal berakhir pada awal Januari 2023 mendatang. Disebutnya, kondisi TPI Banyutowo saat ini cukup lengang, karena banyaknya nelayan yang memilih menyandarkan perahu.
“Barat muda membahayakan. Diprediksi paling-paling habis pergantian tahun. Awal Januari biasanya sudah berani melaut,” pungkasnya.