Panennews.com- Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong pengembangan budidaya udang di wilayah Provinsi Sumatera Barat, mengingat potensi lahan yang tersedia begitu besar. Pasar udang yang menjanjikan serta sudah adanya teknologi untuk meningkatkan produksi, menjadi alasannya mendorong pemda untuk mengembangkan komoditas perikanan tersebut.
Sumatera Barat memiliki potensi tambak perikanan air payau seluas 7.700 hektare namun yang baru dimanfaatkan seluas 150 hektare untuk tambak udang vaname. Jumlah produksi udang tersebut tahun lalu mencapai 2.063 ton yang seluruhnya didistribusikan untuk kebutuhan pasar lokal.
“Pasar udang besar sekali, USD24 miliar dollar per tahun di dunia. Itu peluang bagi kita,” ujar Menteri Trenggono saat berdialog dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah – Audi Joinaldy serta jajarannya di kantor KKP, Rabu (19/5).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memang tengah menggenjot produktivitas tambak udang khususnya jenis vaname, seiring target peningkatan ekspor sebesar 250 persen hingga tahun 2024.
Untuk mencapai target tersebut, KKP telah meluncurkan beberapa program, di antaranya tambak udang milenial, klaster tambak udang berkelanjutan, dan yang terbaru shrimp estate. Operasional tambak-tambak tersebut berbasis teknologi dan ramah lingkungan.
Teknologi tambak yang banyak dipakai saat ini meliputi semi-intensif, intensif bahkan ada yang supra-intensif, dengan hasil panen mencapai puluhan ton udang vaname per haktare. Jauh lebih tinggi dibanding tambak udang konvensional yang hasil produksinya sekitar 1 ton per haktare, bahkan kurang dari itu.
Meski mendorong peningkatan produktivitas tambak udang di Indonesia, Menteri Trenggono menekankan pentingnya tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dia tidak ingin produktivitas tambak udang malah mengancam kelestarian ekosistem perikanan yang ada di sekitar tambak, sebab juga akan mengancam kelangsungan usaha yang sudah dibangun.
“Kita tidak boleh mengabaikan lingkungan. Penerapan ekonomi biru itu sangat penting, dan kita sedang menuju ke sana,” ungkap Menteri Trenggono.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah menyambut baik usulan Menteri Trenggono. Bahkan dia mengajak Menteri Trenggono mengunjungi Sumatera Barat untuk meninjau langsung aktivitas perikanan di sana, termasuk meninjau tambak-tambak yang sudah berproduksi.
“Apa yang kita pikirkan ternyata sama, Pak. Tambak udang ini memang besar sekali potensinya sehingga perlu adanya pengembangan,” ungkap Gubernur Sumbar.
Selain menyoal udang, dalam pertemuan tersebut dibahas juga tentang potensi perikanan lokal di antaranya ikan garing. Menteri Trenggono mengimbau pemda untuk tetap konsisten menjaga kelestarian ikan tersebut, di tengah tingginya permintaan dan harga jual yang menggiurkan.
Seperti diketahui, ikan air tawar yang sering disebut mirip dengan salmon itu memiliki harga jual mencapai Rp400 ribu per kilogram. Ikan ini biasa hidup di sungai-sungai berarus deras.
Untuk menjaga kelestarian ikan lokal di Sumatera Barat, pemda terus mempertahankan tradisi Lubuk Larangan, yakni ikan hanya boleh dipanen dari sungai satu tahun sekali dan yang boleh diambil pun hanya ikan-ikan berukuran besar.