Panennews.com – Kekayaan maritim Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, memang luar biasa. Selain hasil pertaniannya yang kaya, kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani ini juga terkenal dengan hasil tangkapan samudera, terutama produksi tangkap ikan oleh nelayan.
Ribuan ton ikan dan hasil laut lainnya dihasilkan oleh para nelayan di Kabupaten Pati, hingga Juni 2024 saja nelayan mampu menghasilkan 47.938.496 kilogram atau 47.938 ton ikan.
Dari mulai awal 2024 sampai Juni hasil produksi ikan di Kabupaten Pati melimpah. Atas tingginya hasil laut, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati mencatat jumlah hasil produksi perikanan tangkap di Kabupaten Pati mencapai Rp 444,6 Miliar.
“Jumlah produksi tangkap tahun 2024 mencapai Rp 444.612.234.000 atau Rp 444,6 miliar. Angka ini dihitung sejak Januari sampai Juni kemarin. Data ini kumulatif kami ambil dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan),” kata Taryadi selaku Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap DKP Kabupaten Pati, Jumat (19/7/2024).
Ia memaparkan hasil produksi hingga setengah tahun ini, bahwa pada Januari mampu mendulang Rp 66.109.685.000 atau Rp 66,1 miliar, lalu naik pada Februari dengan capaian Rp 97.193.597.000 atau Rp 97,1 miliar.
Lonjakan hasil produksi tangkapan ikan terjadi pada Maret 2024, yakni menghasilkan Rp 168.849.495.000 atau 168 miliar.
Kemudian terjadi penurunan signifikan pada April menjadi Rp 35.298.088.000 atau Rp 35,2 miliar dan penurunan lagi di Mei menjadi hanya Rp 21.436.444.000 atau Rp 21,4 miliar.
Pada Juni kemarin, hasil produksi tangkapan ikan merangkak naik lagi menjadi Rp 55.724.925.000 atau Rp 55,7 miliar.
Angka ini merupakan total harga dari hasil tangkapan laut yang diperoleh nelayan, sehingga terjadi kenaikan dan penurunan.
“Mulai dari Januari sampai Juni terjadilah naik dan turun hasil produksi tangkapan ikan. Hasil ini murni dari hasil penangkapan nelayan sendiri di laut,” ucapnya.
Menurutnya terjadinya kenaikan dan penurunan akibat dari situasi yang terjadi di lautan, fenomena itu berdampak pada habitat ikan.
Selain itu, arah angin juga memperngaruhi banyak dan sedikitnya ikan.
“Hasil tangkapan nelayan menyesuaikan situasi iklim yang berubah-ubah, makanya kondisi ikan kadang naik ke permukaan kadang turun ke perairan dalam sehingga tidak bisa jadi patokan,” ujar Taryadi.
Taryadi menuturkan bahwa fluktuasi harga ikan tidak bisa dihindari, jika permintaan pasar tinggi dan stok melimpah, maka harga turun.
Sedangkan, bila permintaan pasar rendah dan stok sedikit, maka harga meningkat.
“Fluktuasi itu sudah pasti, setiap harga ikan pasti akan mengalami fluktuatif. Jika permintaan pasar tinggi dan stok melimpah harga turun dan jika permintaan pasar menurun dan stok sedikit harga meningkat,” bebernya.