Panennews.com – Pemkab Lombok Barat (Lobar) menetapkan status siaga bencana kekeringan, menyusul sebanyak 16 desa di 5 kecamatan di Lobar menjadi langganan kekeringan. Apel siaga bencana digelar Pemda Lobar sebagai langkah penanganan kasus kekeringan. Menyusul perkiraan BMKG memprediksi pucak kekeringan terjadi Agustus mendatang.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lobar, kekeringan dilaporkan melanda 16 desa di lima Kecamatan. Antara Lain Kecamatan Sekotong sebanyak 5 desa, Kecamatan Lembar sebanyak 3 desa, Kecamatan Gerung 2 desa, Kecamatan Kuripan 3 desa dan Kecamatan Batulayar 3 desa.
Sementara itu jumlah masyarakat yang terdampak sebanyak 5.518 KK atau 17.463 jiwa. “Kita naikkan statusnya menjadi siaga, karena sudah ada usulan permintaan air bersih dari 3 desa. Yaitu desa Kuripan Selatan, Desa Banyu Urip Gerung, dan desa Labuan Tereng,” terang Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Lobar, H Sabidin yang dikonfirmasi selepas Apel di Gerung, Kamis, (4/7/2024).
Dropping air bersih sudah mulai dilakukan sejak pekan kemarin. Meski fenomena hujan terjadi sepekan ini, namun pihaknya memperkirakan hujan itu bersifat fluktuatif atau datang dan pergi.
“Kita syukuri rahmat hujan dari Allah, tetapi Lobar tetap mengantisipasi terhadap kekeringan,” ujarnya.
Pembuatan sumur bor di sejumlah titik rawan kekeringan sudah dilakukan. Anggaran yang bersumber dari APBD maupun dana aspirasi DPRD dipergunakan untuk pembangunan itu. Ini langkah antisipasi yang dimaksud terjadinya kekeringan.
“Lima titik sumur yang kita bangun sumur bor. Di wilayah Batulayar, Gunungsari dan Lingsar,” bebernya.
Sinergi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga dilakukan BPBD dalam persiapan penanganan kekeringan. Termasuk Pemerintah Desa (Pemdes) daerah kekeringan yang menganggarkan pembuatan sumur bor melalui dana desa (DD).
“ini langkah luar biasa menurut saya untuk mengantisipasi kekeringan,” ucapnya.
Lebih lanjut mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja itu memaparkan 16 desa terdampak kekeringan di Lobar. Mulai dari Kecamatan Sekotong di Desa Sekotong Tengah, Kedaro, Cendi Manik, Pelangan, dan Sekotong Barat. Bergeser ke kecamatan Lembar di Desa Labuan Tereng, Sekotong Timur dan Jembatan Gantung.
Selanjutnya di jantung ibukota kabupaten Kecamatan Gerung terdapat di Desa Banyu Urip dan Tempos. Kemudian di Kecamatan Kuripan di Desa Giri Sasak, Kuripan Timur dan Kuripan Selatan.
Terakhir di Kecamatan Wisata Batulayar di Desa Batulayar Barat, Bengkaung dan Desa Persiapan Penanggak. ‘’Ini daerah yang sudah termasuk terdampak,” jelasnya.
Mitigasi, pelatihan penanganan kekeringan , simulasi hingga sosialisasi penanganan kekeringan diakui Sabidin sudah dilakukan sebagai persiapan menghadapi bencana itu terjadi. Imbauan kepada masyarakat juga dilakukan agar menambah pemahaman masyarakat dalam pencegahan.
“Jadi hal penting yang kami sampaikan kepada masyarakat terutama di atas pegunungan untuk membuat penampungan air, kemudian menghemat penggunaan air dan secara masif melakukan reboisasi (penghijauan) itu juga untuk OPD,” imbaunya.
Sejumlah Mobil Tangki Air (MTA) juga sudah siap digunakan untuk membantu droping air bersih. Sabidin mengatakan MTA itu bantuan dari sejumlah stakeholder yang terus membantu Lobar dalam pengangan kekeringan. Baik itu PT Air Minum Giri Menang, PMI, Kementerian Sosial hingga Damkar.
“Itu kurang lebih sekitar 15 mobil MTA. Siap bergerak sewaktu-waktu kekeringan memuncak,” ucapnya.
Ia tak membantah hingga kini pihaknya sendiri di BPBD belum memiliki mobil MTA. Namun Sabidin mengaku memahami kondisi kuangan daerah yang belum stabil. Sehingga usulan yang pernah diajukan belum terealisasi.
Meski demikian, Sabidin menegaskan pihaknya tetap siap dalam penanganan bencana apapun. Sebab masih ada anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) yang bisa digunakan.
“Kapan pun, kami siap,” pungkasnya.