Panennews.com – Perum Bulog NTB menghentikan beras impor masuk NTB, karena kegiatan petani. Setelah kegiatan panen terus berlangsung.
“Terakhir sudah di stop, yang terakhir masuk 6.600 ton. Total beras impor yang masuk ke NTB sekitar 10 ribuan ton dari Thailand dan Vietnam,” kata Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Raden Guna Dharma di ruang kerjanya, Selasa (7/5/2024).
Sebelumnya, Bulog NTB mengusulkan untuk mendatangkan beras dari luar negeri langsung. Untuk memenuhi kebutuhan Bantuan Pangan (Bapang) dan kebutuhan dalam daerah. impor menjadi pilihan ditengah terbatasnya cadangan beras tahun 2023 lalu karena pengaruh iklim ekstrem terhadap produksi padi.
Menurut Awang, panggilan akrabnya, saat ini ketersedian beras di NTB saat ini terbilang aman, ditambah ada kebijakan dari pemerintah provinsi larangan untuk mengirim gabah keluar NTB. Hal tersebut cukup mempengaruhi, sehingga stok beras dalam daerah mencukupi kebutuhan masyarakat.
“Sekarang cadangan kita bisa cukup hingga tujuh bulan kedepan,” kata Awang.
Setelah dihentikannya impor beras, Bulog NTB terus memperkuat serapan dalam negeri. Apalagi sudah musim panen di beberapa daerah di NTB, maka serapan Bulog akan semakin meningkat. Saat ini Bulog NTB menerima 1.200 ton perhari.
Jika ketersediaan beras/gabah konsiten di petani, maka target serapan sebanyak 60an ribu ton tahun ini bisa terpenuhi, bahkan terlampaui hingga 100 ribu ton.
Bulog juga sudah melakukan pembelian beras dengan harga fleksibilitas terbaru yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional. Sebagaimana tertuang dalam keputusan baru Kepala Badan Pangan Nasional, fleksibilitas harga pembelian diatur,Gabah Kering Panen (GKP) di Petani dari harga Rp5.000/Kg naik menjadi Rp6.000/Kg.
Gabah Kering Giling (GKG) di Gudang Bulog Rp6.300/Kg, naik menjadi Rp7.400/Kg. dan beras di Gudang Bulog dari Rp9.950/Kg, naik menjadi Rp11.000/Kg.
“Kendati pemerintah menaikkan standar harga pembelian gabah dan beras, tidak mengurangi komitmen untuk menyerap gabah dan beras sebesar-besarnya di NTB. Bahkan kita membeli diatas HPP,” katanya.
Bulog bahkan saat ini mempertimbangkan untuk mengirim beras ke luar. Karena terbatasnya gudang penyimpanan Bulog.
“Bulog juga membeli beras untuk semua kualitas. Mau broken 35 persen berasnya kita terima. Tapi harganya disesuaikan. Nanti kita yang proses lagi menggunakan mesin termodern kita. Tidak usah khawatir, Petani jual saja berasnya ke Bulog,” imbuhnya.
“Kita sudah pikirkan untuk kirim ke luar. Karena selain beras, kita juga diminta menyerap jagung. Gudang kita digunakan untuk menyimpan beras dan jagung. Dan harus pisah-pisah gudangnya, beras dan jagung. Karena treatment-nya berbeda-beda di gudang,” pungkas Awang.