Panennews.com – Mundurnya musim tanam tahun 2024 berpengaruh pada panen raya padi di daerah ini. Jika pada tahun sebelumnya, panen raya antara bulan Februari hingga awal Maret, kini panen raya tertunda akibat pengaruh el nino.
Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB memperkirakan pada awal atau pertengahan bulan Maret ini panen raya padi di NTB. Menurutnya, petani di beberapa daerah sudah siap akan panen, karena tanaman padinya sudah memasuki usia panen.
Panen raya pada bulan Maret sesuai dengan prediksi BPS (Badan Pusat Statistik). Dengan adanya el nino ini akan molor sebulan. Pada bulan Maret nanti akan ada panen raya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Distanbun NTB Lalu Mirza Amir Hamzah, S.P., M.M, pada awal Maret 2024 potensi luas lahan yang ditanami padi di NTB sekitar 59.568 hektar.
Jika sudah dipanen dan dikonversi jadi gabah kering giling setara dengan 318.320 ton serta jika dikonversi dengan beras menjadi 181.299 ton. Artinya dengan jumlah hasil panen padi dan melihat jumlah konversi padi menjadi beras, pihaknya yakin akan mampu menurunkan harga beras.
“Kami optimis setelah panen raya, harga beras bisa turun. Kami juga berusaha memenuhi stok di dalam daerah ini. Karena itu salah satu kunci stabilisasi harga itu dari stok yang ada,” ujarnya, Senin (26/2/2024).
Ditambahkan, lokasi penanaman padi, di semua kabupaten/kota di NTB. Dengan cuaca seperti ini, terkadang hujan, terkadang panas, diyakini semua akan bisa panen raya. Karena pemerintah daerah punya target dan yang dibuat pemerintah kabupaten/kota di NTB.
Pihaknya juga berusaha meningkatkan luas tanam padi di NTB, khususnya di lahan-lahan yang belum menerima pengairan dengan maksimal. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengoptimalkan wilayah yang memiliki ketersediaan air dan didorong untuk meningkatkan pengairan.
Sementara lahan pertanian yang masih belum menerima air secara maksimal didorong segera beradaptasi menanam tanaman lain yang tidak membutuhkan banyak air.
“Pengendalian distribusi gabah ke luar daerah, agar harga gabah dan beras di NTB stabil, pihaknya tetap berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang. Kita mengendalikan distribusi gabah. Kapan boleh keluar, dan kapan tidak boleh, ujarnya, seraya berharap panen padi di beberapa tempat di NTB mampu mengendalikan harga beras yang sekarang ini sedang mahal,” ujarnya.
Sejumlah petani mengaku dihadapkan dengan masalah air untuk mengairi tanamannya. Pihaknya harus mengeluarkan biaya ekstra, karena menggunakan mesin air untuk mengairi tanamannya.
“Kalau kita tidak gunakan mesin air, tanaman kita bisa mati. Karena lahan pertanian di sekitar wilayah Gerung bagian utara ini kalau tidak turun hujan, tanaman kita menjadi mati,” tandasnya.