Jaga Pelestarian, KKP Lepasliarkan Ikan Sidat Hasil Budidaya

oleh -13 views
KKP Bersama FAO dan Pemda Jabar Lepasliarkan Sidat Hasil Project IFish 3_1
Foto : Dok. KKP

Panennews.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) dan Pemda Jawa Barat melepasliarkan 2,5 persen hasil budidaya sidat.

Lepasliaran itu pada Proyek IFish ‘Mainstreaming Biodiversity Conservation and Sustainable Use into Inland Fisheries Practices in Freshwater Ecosystems of High Conservation Value’.

Pelepasliaran sidat hasil budidaya sebanyak 20 kilogram ke Bendung Cijalu tersebut merupakan bentuk komitmen untuk menjaga kelestarian sidat di habitat alamnya.

Komitmen tersebut juga merupakan bagian dari upaya mendukung pemerintah daerah untuk melaksankan restocking sidat dari hasil budidaya, yang tertera dalam peraturan daerah yang mengatur pengelolaan perikanan darat.

“Melalui peran dan komitmen dari KKP, FAO dan para pemangkau kepentingan di daerah, telah disepakati untuk setiap hasil budidaya sidat, 2,5 persen akan dilepas ke perairan umum sebagai upaya mejaga kelestarian sidat di habitat alamnya,” terang Kepala Pusat Riset Perikanan, KKP, Yayan Hikmayani, Minggu (28/01/2024).

Baca Juga :   Menteri Trenggono Dengar Aspirasi Nelayan Soal Pascaproduksi

“Upaya tersebut tentunya akan diperkuat dengan peran Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokwasmas) Perikanan serta pendampingan dari penyuluh perikanan untuk memastikan sumber daya sidat dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan penuh tanggung jawab,” lanjutnya.

Sidat merupakan ikan ekonomis penting dengan nilai ekspor mencapai USD10 juta (tahun 2021) sehingga perlu upaya pengelolaan secara baik agar sumber daya di alamnya dapat lestari dan berkelanjutan.

Salah satu wilayah pusat pengembangan budidaya sidat terdapat di Kabupaten Cilacap, khususnya di Kampung Sidat Kaliwungu dengan kegiatan budidaya pembesaran glass eel hingga ukuran konsumsi dengan produksi sekitar 3,3 ton untuk kebutuhan restoran dan ekspor.

Baca Juga :   Mari Mengenal Kepiting Soka

Sementara itu, Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, menuturkan bahwa aktivitas proyek IFish di Cilacap memiliki lima dampak inovatif, pertama, perbaikan koleksi data dari level bawah hingga level pusat.

Lebih lanjut kedua, dampak perputaran eknomi untuk masyarakat sekitar, pengembangan teknologi RAS yang berkelanjutan, pendekatan nol limbah dalam pascaproduksi sidat dan produksi pakan sidat independen yang menyediakan 80 persen dari seluruh pakan; dan kelima, bagaimana masyarakat memasarkan produk secara bersama-sama.

“Proyek ini merupakan model teladan yang diharapkan dapat diadaptasi tidak hanya di desa-desa lain di Indonesia, tetapi juga negara-negara lainnya,” ucap Rajendra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.