Panennews.com – Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB H Fathul Gani menjelaskan, pemangkasan subsidi pupuk terjadi bukan karena adanya subsidi untuk kendaraan listrik atau yang lainnya.
Tapi lebih kepada minimnya anggaran negara belakangan ini, sehingga berbagai cara dilakukan pemerintah pusat, salah satunya mengurangi besaran subsidi.
Dikatakan, untuk masalah pupuk subsidi tersebut, hampir setiap tahun bermasalah. Penyebabnya, yakni kuota yang diusulkan selalu kurang dari setengahnya.
Misalnya, yang dibutuhkan dari subsidi itu berdasarkan TPCL NTB sebanyak 380 ribuan ton. Tapi yang dipenuhi hanya setengahnya.
“Untuk tahun ini saja yang dipenuhi hanya 48,82 persen. Artinya kalau 100 hektare yang kita butuh, kita hanya di penuhi 48 hektar,” kata Fathul Gani belum lama ini.
Dikatakan, disamping anggaran negara sangat terbatas. Pihaknya sudah mulai mencarikan serta menghadirkan solusi buat para petani.
Diantaranya menyeimbangkan pemanfaatan pupuk organik anorganik. Sehingga pupuk organik ini terus digalakan pihaknya sebagai bagian dari solusi.
Menurutnya, pupuk organik bisa di olah sendiri oleh petani dengan tetap dilakukannya pendampingan dan bimbingan bagi para petani.
Bahkan sekarang ada namanya Elisator Biosaka yang digencarkan secara massif oleh Kementrian Pertanian melalui Dirjen Tanaman Pangan.
“Ternyata Elisator Biosaka tersebut mampu menekan penggunaan pupuk. Elisator Biosaka ini mampu menekan penggunaan pupuk. Contoh, dalam satu hektar membutuhkan 200 kg pupuk, tapi dengan Elisator itu bisa 100 kg pupuk atau setengahnya,” terangnya.
Dikatakan, dengan Elisator Biosaka ini merupakan langkah solutif yang dilakukan pemerintah dalam hal menekan penggunaan pupuk.
Adapun pembuatan Elisator Biosaka ini sangat sederhana. Karena para petani bisa memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang sehat ada di sekitar. Lalu setelah itu melakukan proses pembuatan Elisator Biosaka.
“Elisator Biosaka ini bukan pupuk. Tapi semacam pengikat unsur hara yang bisa dimanfaatkan oleh petani kita,” katanya.