Panennews.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat saat ini setidaknya ada 80 merek probiotik untuk ikan ataupun udang yang terdaftar dan beredar di Indonesia. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menyebutkan bahwa probiotik menjadi salah satu elemen yang sangat penting dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit yang menyerang sistem budidaya sehingga dapat meminimalisir kegagalan usaha.
“Penggunaan probiotik sangat penting untuk manajemen lingkungan budidaya sebagai awal pencegahan masuknya penyakit dalam sistem budidaya,” terang Slamet.
Menurut Slamet, dengan penggunaan probiotik maka permasalahan penyakit pada sistem budidaya dapat tertanggulangi. “Penyakit menyebabkan 20% dari hasil produksi budidaya akan berpengaruh. Sehingga pencegahan penyakit dalam lingkungan budidaya jauh lebih baik daripada mengobati, meradikasi maupun hal-hal lainnya,” sebutnya.
“Penggunaan probiotik dampaknya sangat besar bagi keberlanjutan usaha perikanan budidaya. Probiotik akan meningkatkan produktivitas budidaya, terjaminnya keamanan produk budidaya serta menjamin mutu yang bebas residu, antibiotik dan bebas kontaminan,” tuturnya.
Slamet mengharap dengan penggunaan probiotik khususnya pada budidaya udang akan mendukung target peningkatan ekspor udang nasional sebesar 250% pada tahun 2024. “Kita harapkan produk udang nasional dapat diterima di pasar global. Probiotik ini salah satu komponen untuk peningkatan udang nasional maupun komoditas budidaya yang lainnya,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Sugeng Raharjo menyebutkan bahwa penggunaan probiotik pada budidaya mampu memperbaiki kualitas air serta dapat mengendalikan infeksi bakteri yang masuk dalam sistem budidaya.
“Secara ilmiah telah terbukti peran probiotik dalam perbaikan sistem pencernaan dan meningkatkan toleransi terhadap stress pada ikan ataupun udang sehingga mampu menaikkan produktivitas budidaya,” ujar Sugeng.
Pengembangan probiotik di BBPBAP Jepara sendiri telah dilakukan sejak 2007 hingga saat ini. Selama tahun 2007 hingga 2011 diawali dengan perekayasaan meliputi kegiatan eksplorasi, identifikasi dan preservasi bakteri potensial probiotik.
Kemudian, tahun 2012 hingga 2017 mulai dilakukan penambahan jumlah koleksi bakteri dan pembuatan probiotik cair. Lalu tahun 2018 hingga 2020 dikembangkan probiotik kering dan dilakukan kaji terap di lapangan serta peningkatan kapasitas produksi.
“Di BBPBAP Jepara saat ini telah mengoleksi bakteri sebanyak 50 isolat dan 20%nya saja yang baru digunakan. Kita telah kaji terap pada udang vaname, udang merguensis, udang indicus, ikan lele dan ikan patin. Beberapa juga telah diuji multilokasi di masyarakat,” jelas Sugeng. [*]