Panennews.com – Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda Indonesia menjadi banyak sektor terkena imbasnya. Sebagian industri merumahkan karyawannya, bahkan imbas buruknya sebagian tenaga kerja harus kehilangan pekerjaanya karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Akan tetapi di sektor pertanian, sebagian tidak mengalami dampak yang signifikan akibat wabah Covid-19. Hal ini sebagaimana Wiryono, petani melati asal Desa Maribaya, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Wiryono menjelaskan bahwa petani melati seperti dirinya tidak begitu mengalami dampak akibat wabah ini. Walaupun ada penurunan harga kembang melati di pasaran, tetapi ia masih tetap bisa memanen dan menjualnya ke pabrik teh.
“Untuk harga di pasaran memang turun, tapi untuk harga melati yang dijual ke pabrik (teh) harganya masih (terbilang) normal,” paparnya, Rabu (15/04).
Ia mengungkapkan bawah walupun ada kelebihan stok melati untuk dipasok ke beberapa pabrik teh, akan tetapi harga kembang tersebut masih dalam kisaran yang wajar. Hal ini akibat dari beberapa stok untuk kebutuhan ekspor dan perias pengantin di beberapa kota saat ini sudah tidak berjalan.
Diketahui bahwa sebagian petani yang berada di Kabupaten Tegal ini memang sebagian besar memasok untuk kebutuhan perusahaan teh. Sehingga tanaman kembang ini masih tetap dibutuhkan sebagai bahan baku produksi di perusahaan tersebut.
“Yang sangat berdampak sekali itu untuk pengiriman ke ekspor dan untuk (kebutuhan) rias pengantin, (keduanya) itu berhenti total,” ujar Wiryono.
Sementara itu, Ia dan beberapa anggota kelompok tani Mudi Hasil masih tetap melakukan aktivitasnya memanen melati setiap hari. Bahkan akhir-akhir ini ada peningkatan hasil dibanding bulan-bulan sebelumnya.
“Hasil panen bulan ini rata-rata 3 kwintal per hari. Waktu bulan lalu, Januari dan Februari malah lebih rendah, (panen melati) cuma 30 kilogram per-harinya”. Ungkapnya.