Panennews.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus berinovasi dalam mendukung upaya swasembada pangan dengan mengoptimalkan singkong sebagai bahan pakan sapi potong.
Upaya ini dilakukan melalui metode heat-moisture treatment (HMT) atau perlakuan panas dan kelembapan untuk memodifikasi struktur pati pada singkong.
Pendekatan yang dimaksudkan guna menghasilkan pati resisten yang lebih lambat terurai, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan, menjaga kesehatan pencernaan sapi, serta mendukung produktivitas peternakan secara berkelanjutan
Singkong dikenal sebagai bahan pakan yang kaya akan pati dan potensial sebagai sumber energi. Namun, proses fermentasi singkong yang terlalu cepat dalam rumen kerap menimbulkan masalah pencernaan dan risiko metabolik seperti asidosis yang dapat menurunkan produktivitas sapi.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Ki Ageng Sarwono, salah satu peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan (PRZT) BRIN, mengupas sebuah metode inovatif untuk meningkatkan kualitas pakan sapi potong melalui modifikasi singkong.
“Modifikasi singkong dengan HMT dapat memperlambat laju fermentasi dalam rumen,” jelas Sarwono dalam kegiatan diskusi di Jakarta, Selasa (05/11/2024).
Dalam paparannya yang berjudul “Modification of Cassava Digestibility for Beef Cattle Feed using the Heat-Moisture Treatment Method”, Sarwono menjelaskan cara mengatasi masalah kesehatan sapi yang disebabkan oleh konsumsi pakan berbasis pati.
“Metode ini mengubah struktur pati singkong, membuatnya lebih lambat dicerna sehingga dapat mengurangi risiko asidosis,” tambahnya.
Selain itu, Sarwono juga menyoroti bahwa peternak sapi sering menggunakan pakan yang tinggi kandungan pati, seperti biji-bijian, khususnya jagung, untuk memenuhi kebutuhan energi sapi potong.
Adapun pati dalam jagung dapat difermentasi dengan cepat oleh bakteri amilolitik pada rumen sapi dan menghasilkan sumber energi yang juga cepat. Namun, proses ini membawa dampak negatif.
“Jika terlalu banyak, fermentasi yang cepat dari pakan pati ini bisa menurunkan pH di rumen, menyebabkan kondisi yang disebut asidosis. Akibatnya, sapi bisa mengalami gangguan pencernaan, penurunan nafsu makan, hingga penurunan produktivitas,” jelas Sarwono.
Fermentasi yang cepat dapat meningkatkan produksi asam laktat dan membuat rumen menjadi asam sehingga membahayakan kesehatan sapi.
Menyikapi hal ini, Sarwono mencoba menggali solusi alternatif dengan mengembangkan pakan berbasis singkong melalui metode heat-moisture treatment atau perlakuan panas dan kelembapan.
“Dengan memodifikasi pati resisten, fermentasi yang terjadi di rumen bisa dikontrol sehingga mencegah penurunan pH yang berlebihan dan mengoptimalkan pencernaan pada sapi,” tambah Sarwono.