BRIN Sebut Infeksi Rotavirus, Jadi Penyebab Hewan Sapi Terserang Diare

oleh -3 views
Hewan Sapi
Foto : Panen News/amar

Panennews.com – Infeksi rotavirus dapat menyebabkan penyakit diare pada sapi. Seperti pada sapi pedet yang bisa menyebabkan kematian mendadak dan menurunkan produktivitas pada sapi lainnya, baik sapi potong maupun sapi perah.

“Infeksi rotavirus ditemukan pada hewan maupun manusia. Kemungkinan besar ada potensi bahwa virus ini bersifat zoonosis,” jelas Peneliti Pusat Riset Veteriner – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dyah Ayu Hewajuli, dalam webinar Series Research Center for Veterinary Science: Penyakit Penting yang Sering dilupakan, Selasa (26/11/2024).

Sirkulasi rotavirus pada beberapa spesies hewan peliharaan dapat menjadi faktor penularan virus dari hewan ke manusia. Kontak dekat hewan dan manusia dalam suatu lingkungan memicu penularan virus antarspesies dan infeksi kembali dengan multiserotipe.

“Penularan rotavirus dari hewan ke manusia kemungkinan terjadi melalui air dan makanan mentah seperti sayur, buah, dan produk olahan ternak yang terkontaminasi,” terangnya.

Secara spesifik, Dyah menyebut spesies yang menyebabkan diare pada sapi merupakan rotavirus A atau bovine rotavirus (BRV).

Adapun prevalensi infeksi rotavirus dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya daerah, musim, ras, umur, geografi, nutrisi, dan manajemen peternakan.

Baca Juga :   Pacu Produksi Perikanan, KKP Kenalkan Budidaya Ikan Berkelanjutan Sejak Dini

Contohnya, apabila rotavirus menyerang sapi pedet pada umur tiga hingga delapan minggu, akan terdeteksi tinggi pada musim hujan di daerah atau negara dengan iklim tropis.

“Biasanya akan terdeteksi juga pada musim dingin di negara atau daerah yang memiliki empat musim,” jelas Dyah.

Infeksi rotavirus A sangat berisiko tinggi pada sapi pedet umur kurang dari 5 minggu karena sistem kekebalan imun masih kurang berkembang dan maternal antibodi rendah. Infeksi rotavirus mampu menyebabkan gejala klinis diare maupun tanpa diare/carrier.

“Biasanya kalau sapi yang menunjukkan gejala klinis tanpa diare akan menjadi carrier. Tentunya, prevalensi rotavirus ini berbeda di masing-masing negara di dunia, tergantung dari faktor prevalensinya itu sendiri,” terang Dyah.

Dirinya juga menjelaskan, data sirkulasi genotipe G dan P rotavirus sangat penting untuk diketahui karena dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk pengembangan vaksin rotavirus yang efektif.

Baca Juga :   Terima Bantuan Vaksin, Indonesia Percepat Vaksinasi LSD Hewan Ternak

Lebih lanjut, adapun vaksin dapat digunakan untuk pencegahan infeksi, menurunkan tingkat kematian, dan kerugian ekonomi.

Sementara itu, rotavirus termasuk famili Reoviridae, genus rotavirus. Virus ini mempunyai diameter 70 hingga 100 nanometer, tidak beramplop, mempunyai protein 3 lapis kapsid.

Genomnya terdiri dari 11 segmen double stranded RNA (dsRNA), di mana 11 segmen ditranslasikan menjadi 6 protein struktural (VP7-VP4-VP6-VP1-VP2-VP3) dan 6 protein non-struktural (NSP1-NSP2-NSP3-NSP4-NSP5/6).

Genom rotavirus dilapisi oleh tiga lapis partikel, yaitu lapisan dalam yang banyak dibangun oleh protein VP2, lapisan tengah dibangun oleh protein VP6, dan lapisan luar dibangun oleh protein VP7.

“Kalau di sapi biasanya ekspresinya tipe II, tetapi kalau di manusia diekspresikan dengan tipe I dan II. Keberadaan kedua ekspresi glikan pada manusia berpeluang menyebabkan penularan strain rotavirus dari sapi ke manusia,” urai Dyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.