Panennews.com – Dalam suasana peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS), Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menekankan bahwa tantangan pangan yang diusung dalam HPS tahun ini, memiliki relevansi yang erat dengan kondisi Indonesia.
Adapun itu, faktor geografis dan demografis menghasilkan kompleksitas tersendiri bagi ketahanan pangan nasional.
Namun di balik tantangan pelik tersebut, Indonesia memiliki biodiversitas terbesar kedua di dunia, sehingga potensi pangan pokok alternatif seperti sorgum, penting untuk terus didiseminasikan secara luas kepada masyarakat.
“Namun jangan lupa biodiversity Indonesia itu terbesar kedua di dunia, sehingga sebenarnya kesempatan kita untuk meningkatkan ketahanan pangan itu terbuka lebar, termasuk sorgum untuk sumber karbohidrat selain beras. Di Indonesia Timur itu sangat memungkinkan ditanami sorgum secara luas. Ini karena sorgum tidak perlu banyak air seperti halnya padi. Jadinya sumber karbohidrat masyarakat bisa pula dari sorgum,” ungkap Arief saat berikan pidato kunci dalam diskusi bertajuk ‘Sorgum: Sumber Pertumbuhan Baru Untuk Ketahanan Pangan’ yang diadakan Wanita Tani HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) di Jakarta, pada Rabu (16/10/2024).
Terkait biodiversitas yang dimiliki Indonesia, menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia merupakan negara dengan kekayaan biodiversitas tertinggi kedua di dunia dan bisa dikatakan sebagai negara megabiodiversitas. Di 2022, Indonesia memiliki skor 0,614 dan Brasil menempati tertinggi pertama dengan skor 0,772.
Sementara dalam himpunan data NFA, di Indonesia total terdapat 945 biodiversitas pangan. Ini terdiri dari 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis sumber protein, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, 26 jenis kacang-kacangan, dan 110 jenis rempah dan bumbu.
Terkait sorgum, jika menilik kandungan gizinya, bisa dikatakan sorgum memiliki kandungan energi, protein, lemak, dan serat yang lebih tinggi dibandingkan beras dan terigu.
Lebih jauh, Sorgum pun lebih mudah dicerna sehingga cocok bagi penyintas obesitas, diabetes melitus, dan diet karbohidrat. Dalam 100 gram sorgum bisa mengandung energi 366 kilokalori (kkal); karbohidrat 73 gram; protein 11,0 gram; lemak 3,3 gram; dan serat 1,2 gram.
“Kita ingin pangan itu bukan hanya mencakup ketercukupan, ketersediaan, dan stabilitas harga. Tetapi juga harus memenuhi gizi yang diperlukan oleh kita semua. Sorgum ini selain karbohidrat, ternyata banyak sekali manfaatnya. Kemudian beberapa kandungan lain yang tentunya bagus bagi tubuh. Ayo kita kampanyekan ini. Badan Pangan Nasional dengan senang hati membantu kampanye sorgum bersama seluruh pemerintah daerah demi penguatan ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal,” kata Arief.