BRIN Paparkan Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut

oleh -9 views
forest-fire-432870__340
Foto : Pixabay

Panennews.com – Kebakaran lahan hutan dan gambut merupakan masalah lingkungan serius yang berdampak luas, seperti ekosistem, kesehatan manusia, serta iklim global.

Guna mengembangkan strategi pencegahan kebakaran dan mitigasi yang efektif pada lahan gambut, perlu dilakukan penelitian mendalam untuk memahami dinamika dan karakteristik tanah gambut.

Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Albertus Sulaiman, menjelaskan bahwa pada musim kemarau, tingkat muka air tanah di lahan gambut menurun yang menyebabkan lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar.

“Kebakarannya bisa berlangsung cukup lama dan menghasilkan asap yang berbahaya bagi kesehatan manusia,” ujarnya dalam Bincang Sains Kawasan Bandung-Garut (BISAAN BANGGA) edisi ke-9, Rabu (23/10/2024).

Pada kesempatan tersebut, Sulaiman juga mengungkapkan mengenai karakteristik unik tanah gambut yang berbeda dari jenis tanah lainnya. Kandungan air yang tinggi membuat tanah gambut sangat lembab dan mudah terkompresi.

Baca Juga :   Penuhi Air Di Sawah, Wamentan Pastikan Pompa Tambakromo Beroperasi Kembali

“Tanah gambut memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang besar, menjadikannya ekosistem penting dalam mitigasi perubahan iklim,” tambahnya.

Namun, Ia menambahkan bahwa tanah gambut rentan terhadap kerusakan. Terlebih, ketika lahan yang dikeringkan tentunya akan melepaskan karbon dioksida.

“Ketika lahannya dikeringkan untuk keperluan pertanian atau pembangunan, bahan organik yang sebelumnya terendam air mulai terdekomposisi dengan cepat untuk melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. Hal ini berkontribusi terhadap pemanasan global,” jelasnya.

“Kondisi ini mendorong perlunya solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. BRIN melihat pentingnya kerjasama internasional dan nasional untuk mengatasi masalah kompleks ini sebagai langkah strategis memanfaatkan keahlian dan sumber daya secara luas,” ungkap Sulaiman.

Dalam rangka memahami interaksi antara karbon dan tingkat muka air di lahan gambut, BRIN menjalin kerja sama dengan beberapa institusi, baik dalam maupun luar negeri, seperti Center for Southeast Asian Studies (CSEAS)-Kyoto University, STAIN Bengkalis, Politeknik Bengkalis, dan Universitas Riau.

Baca Juga :   Tanggul Jebol, Ratusan Hektar Lahan Pertanian Terancam Kekeringan di Badung

Adapun lokasi riset yang dipilih adalah Riau dan Pulau Bengkalis karena memiliki lahan gambutnya cukup luas.

Dalam riset ini, diteliti juga hubungan interaksi antara karbon dan tinggi muka air pada lahan gambut dengan dinamika atmosfer dan iklim yang diyakini mempengaruhi sirkulasi global dunia.

Sulaiman merinci, rangkaian kerja sama dan kegiatan yang telah dilakukannya menghasilkan beberapa produk sistem aplikasi salah satu di antaranya merupakan sistem monitoring cuaca kebakaran lahan dan kabut asap atau yang dinamakan SIMOCAKAP.

Lebih jauh Sulaiman berharap, dengan dukungan berbagai pihak SIMOCAKAP akan mendukung upaya pelestarian alam sekaligus upaya pembangunan.

“Kita bekerja sama dengan alam. Alam harus tetap lestari, tetapi pembangunan harus tetap berjalan,” pungkas Sulaiman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.