Panennews.com – Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hilman Ferdinandus Pardede menyoroti pentingnya pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam sektor pertanian, khususnya penerapan deep learning.
Hilman menyampaikan penerapan deep learning di berbagai aspek pertanian, mulai dari deteksi penyakit tanaman hingga klasifikasi buah.
“Kami telah menerapkan deep learning dalam deteksi penyakit tanaman, identifikasi daun teh, klasifikasi kualitas stroberi, dan klasifikasi tingkat kematangan buah manggis,” kata Hilman, dalam webinar BRIN and Universitas Innopolis, bertajuk “Deep Learning Implementation in Agriculture”, Sabtu (07/09/2024).
Lebih lanjut diterangkannya, tantangan terbesar yang dihadapi adalah keterbatasan data dan ukuran model AI yang besar.
“Tetapi kami berhasil mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasinya,” ungkapnya.
Salah satu solusi tersebut merupakan penggunaan Generative Adversarial Network (GAN) untuk menghasilkan data tambahan serta teknik pembelajaran multi-kondisi guna meningkatkan ketahanan model.
“Kami menggunakan data buatan untuk melatih model kami dan strategi transfer learning dalam mengatasi keterbatasan data. Ini memungkinkan kami untuk tetap mendapatkan model yang akurat meskipun data yang tersedia terbatas,” jelas peneliti Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber ini.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya pengembangan model AI yang dapat dioperasikan secara offline. Hal ini dilakukan mengingat masih banyak daerah pertanian di Indonesia yang belum memiliki akses internet saat ini.
“Kami mengembangkan jaringan menggunakan skip connections untuk menghasilkan model yang lebih kecil, namun tetap efektif, sehingga bisa digunakan secara offline di daerah-daerah terpencil,” paparnya.
Dirinya mengakui, penerapan AI di sektor pertanian Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan. Di antaranya adalah keterbatasan infrastruktur dan kurangnya tenaga ahli di bidang AI.
“Tantangan terbesar di Indonesia adalah kurangnya tenaga ahli di bidang AI dan keterbatasan infrastruktur teknologi. Selain itu, banyak petani yang belum familiar dengan teknologi ini, sehingga diperlukan edukasi lebih lanjut,” ungkapnya.
Hilman berharap, pendekatan inovatif mampu menjawab berbagai tantangan dalam penerapan AI di sektor pertanian Indonesia, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendukung keberlanjutan pertanian untuk jangka panjang.
Dia optimis, melalui penelitian dan kolaborasi yang berkesinambungan, AI akan semakin diadopsi secara luas di sektor pertanian. Hilman menegaskan bahwa penerapan AI, terutama deep learning, telah menjadi bagian di sektor pertanian.
“Dengan terus berkembangnya riset dan inovasi, teknologi AI diharapkan mampu menawarkan solusi cerdas terhadap tantangan-tantangan pertanian di masa depan,” tandas Hilman.