Panennews.com – Kabupaten Sleman melakukan optimalisasi lahan tidur untuk meningkatkan produktivitas pertanian khususnya komoditas beras yang merupakan komoditas andil inflasi di berbagai daerah.
Sebagai pilot project, optimalisasi lahan tersebut dikembangkan di kawasan Gamplong dengan luas 22 hektar yang sebelumnya merupakan lahan yang tidak ditanami.
Langkah ini dituangkan dalam program “Sinergitas Pembangunan Pertanian untuk mendukung Indonesia Maju” yang merupakan program kolaborasi antara Polresta Sleman, Pemerintah Kabupaten Sleman, dengan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dalam mencegah inflasi.
“Saya berharap panen ini akan semakin menginspirasi masyarakat Sleman untuk memanfaatkan lahan tidur yang ada diwilayahnya untuk kegiatan budidaya tanaman pangan. Dengan ketersediaan bahan pangan yang cukup, maka masyarakat dapat memperolehnya dengan harga yang terjangkau,” papar Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa, Jumat (20/9/2024).
Lahan ini sebelumnya tidak dapat ditanam karena irigasi yang tidak lancar akibat penyempitan saluran yang rusak. Untuk itu juga dilakukan pembangunan gorong-gorong dan perbaikan saluran irigasi rusak dilakukan bekerja sama dengan Dinas PUP-ESDM DIY agar irigasi yang terhubung dengan selokan Van Der Wick kembali lancar.
“Saat ini perkiraan panen padi per hektare mencapai 8,8 ton. Dengan luas lahan 22 hektar, maka hasil panen padi di lahan tidur ini setidaknya mencapai 193,6 ton,” imbuh Danang.
Ia menjelaskan, pengembangan bidang pertanian, pada saat inijuga dapat dikaitkan dengan bidang pariwisata dan bidang kesehatan.
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupannya, menciptakan peluang usaha baru bagi petani untuk menyediakan berbagai produk pertanian organik yang bebas obat-obatan dan pupuk kimia.
“Harapannya nilai jual produk juga meningkat. Strategi ini dapat menjadi alternatif bila industri pertanian massal tidak lagi dapat kita penuhi. Apapun yang dipilih oleh petani tujuannya tetaplah peningkatan kesejahteraan petani dan terpenuhinya kebutuhan pangan lokal,” katanya.
Danang yakin dengan koordinasi dan sinergi yang mantap di antara seluruh anggota TPID, Pemkab Sleman dapat melakukan seluruh upaya yang untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, terutama pangan, dan pengendalian inflasi.
“Ke depan, saya harapkan TPID tidak hanya menyasar persoalan yang memicu gejolak harga melalui pendekatan yang bersifat jangka pendek. Namun secara bertahap direncanakan mulai menyentuh pada solusi atas berbagai persoalan yang bersifat struktural seperti peningkatan produktivitastanaman pangan, kelancaran distribusi, dan struktur pasar yang efisien,” ujarnya.
Ia pun meminta semua pihak menguatkan komitmen dalam upaya pengendalian inflasi. “OPD terkait harus melakukan pemantauan harga dan ketersediaan stok di lapangan untuk mengantisipasi kemungkinan naiknya jumlah kebutuhan yang diikuti dengan kenaikan harga komoditas. Sebab kenaikan harga tersebut tentunya akan berimbas langsung dan memberatkan masyarakat,” ujarnya.