Panennews.com – Anggrek atau famili Orchidaceae diketahui dapat tumbuh di berbagai belahan dunia terkecuali di kawasan kutub utara dan kutub selatan.
Secara global jika diurutkan berdasarkan jumlah keragaman spesies tertinggi dari 15 negara, Indonesia menempati posisi urutan pertama dengan jumlah keragaman kurang lebih 4100 sampai 4200 spesies.
Dari urutan tersebut juga diketahui pola keragaman anggrek di dunia saat ini terpusat di dua hotspot utama yaitu di kawasan tropis Asia Tenggara dan kawasan tropis Amerika Selatan.
Berdasarkan Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) per Agustus 2024, baru 230 spesies yang telah dievaluasi status konservasinya atau sekitar 5-6% dari total seluruh anggrek yang dimiliki Indonesi.
Hal tersebut disampaikan Destario Metusala, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat acara Jamming Session #15 bertajuk “Isu Terkini Status Anggrek Indonesia, Potensi Pemanfaatan serta Permasalahannya”.
Lebih lanjut, Dia pun merinci status konservasi beberapa spesies anggrek Indonesia berdasarkan kategori Daftar Merah IUCN.
“Sebanyak 19 spesies anggrek di Indonesia dan 275 spesies anggrek lainnya di dunia saat ini masuk dalam kategori ‘kritis’, sedangkan 18 spesies di Indonesia dan 497 spesies lainnya di dunia masuk dalam kategori ‘genting’ ,” sebutnya, Senin (09/09/2024).
Selain itu, terdapat pula 10 spesies anggrek Indonesia yang masuk kategori ‘rentan’, 5 spesies ‘hampir terancam’ dan 178 ‘risiko rendah’.
Tidak adanya anggrek Indonesia yang masuk kategori ‘punah’ ataupun ‘punah di alam’ mungkin saja dikarenakan masih sangat banyak spesies anggrek Indonesia yang belum dievaluasi maupun diperbaharui status konservasinya.
“Sebagai informasi, bahwa di dunia saat ini terdapat 6 spesies anggrek yang telah dinyatakan punah.Total jumlah yang telah dievaluasi proporsinya termasuk sangat kecil sekali karena hanya 5-6%. Masih ada 95% atau lebih dari 3800 spesies anggrek Indonesia yang belum terevaluasi status konservasinya, dan ini menjadi tugas kita semua untuk meng-assess status konservasi-nya,” ujarnya.
Terkait potensi pemanfaatan, anggrek telah umum dimanfaatkan dari aspek ornamentalnya sebagai tanaman hias. Saat ini orientasi pemanfaatan berbagai spesies anggrek dari aspek ornamentalnya tidak hanya pada bunganya saja, melainkan juga pada karakter keunikan organ vegetatifnya (daun dan habitusnya).
Oleh karena itu, banyak para hobiis maupun para pengusaha yang mulai melirik untuk pengembangan nurserynya terhadap berbagai kelompok anggrek dengan karakter-karakter daun dan habitus yang unik.
“Misalkan seperti kelompok ‘jewel orchid’ yang fokus pada keindahan daun, seperti bentuk daun maupun corak-corak di permukaan daunnya. Sebagai contoh pada anggrek terestrial Macodes pertola, Anoectochilus reinwardtii dan Ludisia discolor. Indonesia memiliki banyak sekali anggrek-anggrek terestrial dengan pola corak daun yang sangat indah,” tutupnya.