Rakit Varietas Unggul Kedelai, BRIN Manfaatkan Teknologi Genomik

oleh -27 views
kedelai biosoy
Tanaman Kedelai Biosoy - Foto : Kementan

Panennews.com – Saat ini, inovasi varietas unggul masih dinilai menjadi penyumbang terhadap peningkatan produktivitas kedelai.

Perakitan varietas kedelai dilakukan menggunakan pendekatan konvensional maupun teknologi maju seperti memanfaatkan teknologi molekuler.

Pemerintah Indonesia telah melepas lebih dari 110 varietas kedelai. Seluruh varietas kedelai yang telah dilepas tersebut berasal dari seleksi terhadap varietas lokal, varietas introduksi, mutasi maupun melalui persilangan dua atau lebih tetua.

Ke depan, pemanfaatan teknologi molekuler untuk merakit varietas kedelai menjadi penting. Ketersediaan sarana prasarana, periset maupun beragamnya teknologi molekuler yang telah tersedia saat ini, menjadi alasan pentingnya pemanfaatan teknologi molekuler dalam perakitan varietas kedelai.

Sejalan dengan hal tersebut, I Made Tasma, Peneliti Ahli Utama pada Pusat Riset Tanaman Pangan, ORPP BRIN memaparkan mengenai “Pemanfaatan Teknologi Genomik dan Bioteknologi untuk Perakitan Varietas Unggul Kedelai Menghadapi Perubahan Iklim,” pada acara Webinar Teras TP #6.

Adapun itu yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan tema “Teknologi Perakitan Varietas Unggul Kedelai Menghadapi Dampak Perubahan Iklim,” pada Kamis (01/08/2024).

Baca Juga :   Jangan Diremehkan, Ini 3 Keunggulan Jangkrik Untuk Pakan Murai Batu

Pada awal paparannya, Tasma menjelaskan bahwa kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang vital di Indonesia, yaitu sebagai sumber pangan yang memiliki kandungan protein yang tinggi.

Di pasar global, kedelai memiliki nilai pasar yang sangat besar, pada tahun 2023, l nilai pasar kedelai mencapai USD 188,67 miliar, dan diperkirakan pada tahun 2033 nilainya akan meningkat menjadi sekitar USD 336,28 miliar, atau diperkirakan peningkatan sebesar 6% dari tahun 2024 hingga 2033.

“Dengan kandungan protein yang tinggi yaitu sebesar 40%, kedelai dimanfaatkan untuk produk pangan, pangan dan industri, sementara kandungan minyaknya sebesar 20% digunakan untuk produk pakan, energi dan industri. Pada urutan produsen kedelai global Indonesia saat ini menempati peringkat ke 17 dengan total produksi sebesar 375,000 tons atau hanya 0,1% dari total produksi global,” ungkap Tasma.

Baca Juga :   Stabilkan Pasokan, Kementan Terus Pantau Penyaluran Jagung Pakan

Pada akhir paparannya, I Made Tasma menyimpulkan bahwa teknologi genomik sangat penting diantaranya adalah dengan diperolehnya gen-gen yang unik, dengan menggunakan NGS HiSeq, sebanyak 12 genotipe kedelai telah diurutkan ulang bersama dengan total 46 genom yang mencakup 8 komoditas pertanian lainnya.

Selain itu, pada kegiatan pemetaan genom tersebut telah diperoleh juga lebih dari 48,63 juta variasi DNA yang terdiri dari lebih dari 45 juta variasi SNP dan dari 3,5 juta INDELs. SNP dan INDEL yang ditemukan merupakan sumber daya pemuliaan penting untuk penemuan gen dan pengembangan marka molekuler untuk mempercepat program pemuliaan.

“Data genom tersebut, termasuk data genom selain kedelai telah dikelola di Genome Browser berupa data base Pusat Genome Pertanian Indonesia, dan data tersebut dapat diakses dan dimanfaatkan oleh berbagai kalangan baik komunitas ilmiah di dalam negeri maupun pada komunitas ilmiah level global” tutup Tasma.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.