Produksi Singkong Jateng Berlimpah, Kemendag Jajaki Pasar Uni Eropa

oleh -6 views
ilustrasi singkong
Ilustrasi Singkong - Foto : Pexels

Panennews.com – Kementerian Perdagangan RI dan Pemprov Jawa Tengah (Jateng) terus memaksimalkan potensi ekspor singkong ke Inggris dan Uni Eropa.

Apalagi, produksi singkong atau manioc di Jawa Tengah menduduki urutan kedua terbesar di Indonesia, dan pangsa pasar masih terbuka luas.

Hal itu disampaikan Direktur Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia, Kementerian Perdagangan Wijayanto, saat Sosialisasi Hasil Perundingan Perdagangan Internasional TRQ Manioc Indonesia ke pasar Uni Eropa dan Inggris, di Gumaya Tower Hotel, Kamis (20/06/2024).

Wijayanto mengatakan, pangsa pasar di “Benua Biru” masih besar. Data menunjukkan, produksi manioc mencapai lebih dari 2 juta ton.

“Sekarang ini pangsa ekspor ke Uni Eropa khususnya UK (United Kingdom-Inggris), relatif belum terlalu tinggi. Masih besar peluang kita mengekspor ke United Kingdom,” ujarnya.

Baca Juga :   UMKM Tepung Tapioka Di Bogor, Bapanas : Perkuat Ketahanan Pangan

Wijayanto mengungkapkan, Jateng menjadi wilayah kedua produksi manioc terbanyak, di Indonesia, setelah Lampung. Produksi singkong di Jawa Tengah mencapai 2,4 juta ton.

Dengan peluang tersebut, Kemendag RI bersama Pemprov Jateng menggelar peta jalan, agar volume ekspor manioc ke Inggris dan Uni Eropa meningkat. Dengan demikian, bisa berdampak positif bagi perekonomian warga.

“Tinggal kita persiapkan pelaku ekspornya, terutama produknya itu sendiri. Apakah perlu ditingkatkan kualitasnya, dari segi peraturan domestik di UK, seperti apa standar yang diterapkan, itu juga harus kita ikuti,” imbuhnya.

Baca Juga :   Peluang Pasar Kian Terbuka, KKP Ajak Investor Buka Tambak Udang di Pasuruan

Wijayanto mengungkapkan, singkong di Uni Eropa dan Inggris diolah menjadi berbagai produk. Seperti, starch atau pati, juga olahan produk rendah gula untuk menjadi makanan sehat.

Sementara, Plh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Linda Widiastuti Ariningrum mengatakan, hal lain yang perlu ditingkatkan adalah konsistensi kuantitas produk. Menurutnya, hal itu penting agar dapat menyuplai kebutuhan pasar luar negeri.

Oleh karenanya, pihaknya mewacanakan adanya Desa Devisa. Melalui program ini, nantinya desa-desa potensial dengan produk kualitas ekspor akan mendapatkan pendampingan.

Pendampingan yang dimaksud, terang Linda, bukan hanya dari sektor perindustrian dan perdagangan. Bisa juga sektor perbankan, sektor pemberdayaan UKM, hingga sektor perizinan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.