NTB Waspadai Resiko Penularan Flu Burung

oleh -7 views
Ayam
Foto : Pixabay

Panennews.com – Provinsi NTB perlu meningkatkan kewaspadaan dini terhadap risiko penularan flu burung, meskipun saat ini belum ada kasus flu burung varian baru (H9N2) di Indonesia.

“Begitu ada kasus, kita otomatis diminta waspada,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB, Muhmmad Riadi, Rabu, (26/6/ 2024).

Menurutnya, SOP kewaspadaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemantauan, mengingatkan peternak, terutama ternak ayam untuk meningkatkan biosekuriti di peternakan mereka. Demikian juga lalu lintas unggas dan produk unggas yang dibawa dari luar daerah juga terus diawasi sesuai SOP.

“Dari segi kedinasan lalu lintasnya kita tetap jalankan SOP. Yang bawa DOC (anak ayam dibawah umur 14 hari),” kata Riadi.

Dari laman Kemenkes dijelaskan, Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan flu burung (Avian Influenza) pada manusia.

Baca Juga :   Kawasan Industri Hasil Tembakau di Lombok Timur Segera Dibuka

Kewaspadaan ini menyusul laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam beberapa hari terakhir mengenai kasus infeksi flu burung pada manusia.

Laporan terbaru WHO yang terbit 11 Juni 2024 menyebutkan, kasus infeksi virus Avian Influenza Tipe A (H9N2) pada manusia terdeteksi pada seorang anak yang tinggal di negara bagian Benggala Barat, India. Anak tersebut memiliki riwayat kontak dengan unggas dan telah pulih serta diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Indonesia memperkuat pengawasan di pintu masuk negara untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan flu burung. Hal ini dilakukan terutama terhadap pelaku perjalanan dari negara-negara yang melaporkan adanya kasus infeksi flu burung.

Penularan penyakit flu burung pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas yang sakit karena infeksi H5N. Penularan di lingkungan, pasar, kandang unggas, halaman, kebun atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja unggas yang terserang flu burung (H5N1).

Baca Juga :   Lahan Sempit Untung Melimpah Dari Ternak Lele Bioflok

Penularan juga dapat melalui makanan, yang mana mengolah produk unggas, mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1.

Pada umumnya, gejala klinis flu burung (H5N1) pada manusia mirip dengan flu biasa, yang sering ditemukan adalah demam lebih dari 38 derajat Celcius, batuk, dan nyeri tenggorok.

Gejala lain yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Gejala sesak napas menandai kelainan saluran napas bawah yang dapat memburuk dengan cepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.