Panennews.com – Petani garam di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, kembang-kempis. Pasalnya, harga garam yang rendah tak kunjung mengalami kenaikan.
Petani Garam, Sulhan, mengaku, garam saat ini hanya dihargai Rp1.000, padahal sebelumnya laku Rp5.000 perkilogram.
“Harga garam dari petani saat ini hanya Rp1.000. Itu terjadi mulai panen raya Agustus 2023. Padahal Mei sebelumnya harga Rp5.000. Jadi harganya tinggi hanya sebulan,” ujarnya, Senin (29/4/2024).
Petani garam asal Desa Tluwuk, Kecamatan Wedarijaksa itu mengaku, kondisi mulai terjadi saat panen raya garam.
Imbasnya petani yang telah terlanjur semangat untuk memproduksi garam terpaksa mengencangkan ikat pinggang.
Lantaran biaya produksi yang dikeluarkan, tidak sebanding dengan rendahnya harga garam.
“Petani rugi modal dan tenaga kalau memaksa tetap produksi. Harga Rp1.000 itu jelas kita rugi,” ungkap pria berumur 30 tahun itu.
Lebih-lebih bagi petani yang tidak memiliki lahan seperti dirinya. Untuk tambak garam setengah hektare yang ia sewa, ia harus merogoh kocek sebesar Rp15 juta per tahun.
“Kalau panen tidak bisa diprediksi. Tapi produksi itu Juli sampai November. Kalau cuaca bagus itu 15 ton sekali panen. Tapi itu rugi kalau harga garamnya murah,” sebutnya.
Sulhan menyebut, anjloknya harga garam tidak hanya terjadi kali ini saja. Namun terjadi setiap kali panen raya.
Sulhan menilai, kondisi yang merugikan petani ini imbas kebijakan pemerintah pusat mengimpor garam dari luar negeri.
“Pemerintah menganggap kebutuhan garam di Indonesia tidak cukup. Kemudian impor ketika panen raya. Sehingga harga garam dari petani lokal hancur,” jelasnya.
Fungsional Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pati, Ari Wibowo mengatakan, harga garam saat ini masih terbilang normal.
“Saat ini sudah produksi dan kemudian ada yang panen. Tapi harga Rp1.000 itu masih normal. Kalau garam seharga Rp5.000 pada tahun kemarin itu karena stok lama yang disimpan di gudang,” sebutnya.
Ditambahkan, harga garam memang terbilang fluktuatif atau naik turun karena faktor cuaca. Jika musim hujan harga akan naik, jika musim kemarau harga garam turun.
“Sebentar-sebentar naik turun. Faktornya karena kalau musim tidak bisa produksi, barangnya berkurang secara otomatis harganya naik,” terangnya.