Bernilai Ratusan Miliar Dolar AS, Ini 5 Komoditas Perikanan Yang Akan Dikembangkan KKP

oleh -11 views
WhatsApp Image 2024-03-08 at 14.45.00
Foto : Kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di DIY. (Hernawan)

Panennews.com – Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengatakan pihaknya akan mengembangkan lima komoditas perikanan laut.

Untuk mendorong kesejahteraan 140 juta penduduk di wilayah pesisir. Lima komoditas perikanan tersebut yakni udang, rumput laut, nila salin, kepiting, dan lobster.

Hal itu disampaikan Trenggono di kuliah umum Kebijakan Ekonomi Baru dan Peran Informasi Geospasial Tematik Ekosistem Karbon Biru pada Kawasan konservasi, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”, di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (06/03/2024).

“Pangsa pasarnya cukup besar sekitar 400 miliar dollar Amerika Serikat untuk satu tahun,” kata Trenggono.

Baca Juga :   KKP Perkuat Program Hilirisasi Komoditas Udang Di Kebumen

Untuk mewujudkan perikanan tersebut, ia menyatakan akan ada pembangunan kampung nelayan modern. Hal ini agar nelayan menjadi lebih produktif dan mandiri karena kampung tersebut akan dilengkapi fasilitas pabrik es, balai pelatihan, gudang beku, bengkel nelayan, kios persediaan, jalan akses, dermaga, dan pedestrian.

Saat ini, kampung nelayan modern percontohan telah dibangun di Desa Samber, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Langkah ini sebagai bagian upaya meningkatkan indeks nilai tukar nelayan kita yang saat ini hanya berkisar di angka 104.

Sebagai acuan, angka indeks nilai tukar nelayan untuk sejahtera harus di angka 130. “Jika nilai tukar masih 104 maka para nelayan seumur hidupnya tidak akan pernah sejahtera,” imbuhnya.

Baca Juga :   Menteri Teten Tekankan Percepatan Pengembangan Ekosistem KUMKM

Selain itu, Trenggono juga menyoroti potensi ekonomi dari karbon biru yakni suplai karbon dari lautan. Oleh karena itu diperlukan sumber data yang lengkap melalui pengembangan sistem infrastruktur ocean big data.

“Kita sudah melakukan peluncuran satelit nano, mendatangkan kapal yang bisa memonitor, underwater drone, dan seluruh wilayah konservasi dipasang sensor untuk mengetahui kondisi perubahan wilayah konservasi dan pulau terpencil yang termonitor selama 24 jam,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.