Indef Ungkap 4 Strategi Arah Kedaulatan Pangan Indonesia

oleh -60 views
f7fb4bcf-103c-4cc1-a5c0-3ae65d43f472
Foto : Panen News

Panennews.com – Arah kebijakan pangan di Indonesia semakin menarik untuk dibahas. Pasalnya, Indonesia ke depan akan semakin optimis dalam menjaga kedaulatan pangan.

Oleh sebab itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Financial (Indef) Ester Sri Astuti dalam acara Focus Grup Discusion yang digelar Panen News, dan dihadiri oleh Amir Firmansyah, selaku Pimpinan Umum Panen News.

Dalam hal itu, Ester menyebutkan bahwa arah kebijakan pangan ini harus dibalikkan lagi, tidak hanya sekadar temporer. Dan menurut dia, strategi kedaulatan pangan ini ada empat.

Pertama, enabling environment. Menurut Esther regulasi kedaulatan pangan harus dibenahi, utamanya pupuk yang masih sering langka, sarana prasarana pertanian yang minim, dan infrastruktur.

“Jadi, nanti monggo dari Bulog atau pemerintah khususnya Kementerian Pertanian (Kementan) diperbaikai. Artinya apa? Ini petani pengin nanam tidak ada pupuk, kalau ada mahal sekali. Kedua sarana prasarana pertanian itu juga minim, infratruktur minim. Artinya regulasi untuk mendorong sarana prasarana pertanian itu harus didorong,” kata Esther.

Baca Juga :   Mentan Amran Pastikan Tambah Pupuk Subsidi Untuk Padi Dan Jagung

Kedua, lanjut Esther, production characteristics, yaitu bagaimana mendorong produksi, sehingga petani tidak susah.

“Kalau kita bicara sawit misalnya, sawit ini kan banyak perkebunan rakyat bagaimana mendorong perkebunan rakyat ini juga bisa berkembang setara dengan punya perusahaan. Kalau kita sawitnya makin banyak juga tentu ekspornya juga makin banyak, devisanya juga makin banyak,” kata Esther.

Ketiga market, market characteristics. Dikatakan Esther, kadang-kadang petani sudah memproduksi, tetapi tidak marketable, sehingga menyerahkan kepada tengkulak.

“Harganya kalau tengkulak panen di kebunnya atau sawahnya itu pasti jauh lebih murah. Itulah mengapa orang tua petani, anaknya tidak boleh jadi petani. Jadi, ada problem. Tidak sama di Belanda petani gagah dan keren karena mereka punya penghasilan yang sama dengan pegawai pemerintahan,” kata Esther.

Baca Juga :   Komisi VI Sebut Pembatasan Beli Beras, Harus Disosialisasikan Ke Masyarakat

Kempat, alternative livelihood. Menurut Esther, petani yang sukses harus punya side income (penghasilan tambahan). Sebab, jika petani hanya mengandalkan hasil panen mereka akan terjebak dalam interlock deep dan akan tetap miskin.

“Jadi, dia terjebak dalam interlock deep, nggak punya penghasilan sehari-hari, dia ngutang dari warung. Nah, ketika panen dia memberikan hasil panennya kepada tengkulak itu. Jadi, ya, rugilah. Nah, petani yang bisa suskes adalah petani yang punya penghasilan lain. Misalnya, jadi tukang ngojek. Nah, nanti hasil panennya mereka simpan,” ujar Esther.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.