Panennews.com – Harga cabai rawit pada sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Pedagang Pasar Puri Baru Pati, Sriyatun mengatakan, saat ini harga cabai rawit tembus Rp100.000 per kilogram.
Padahal pada pekan lalu, tepatnya Selasa (24/10/2023) cabai rawit masih dihargai Rp75.000 per kilogram.
“Karena harga naik. Modal kulakan tambah, dan pembeli jadi cuma beli cabai sedikit-sedikit. Saya jadi tidak berani nyetok banyak. Karena ini kan sayur, kalau banyak-banyak bisa busuk, otomatis kita rugi,” ujarnya, Selasa (07/11/2023).
Kondisi seperti ini tidak hanya dikeluhkan para pembeli, tetapi juga pedagang. Lantaran pedagang harus mengeluarkan modal ekstra. Namun tidak diimbangi daya beli masyarakat, sehingga penjualan menurun.
Meski banyak mendapatkan komplain dari pembeli terkait kenaikan harga cabai rawit. Ia hanya bisa pasrah.
“Ya banyak yang mengeluh. Biasanya pembeli itu cukup bawa uang Rp50.000 sudah bisa buat beli cabai dan lauk ikan atau daging. Ini cuma beli cabai sudah habis banyak,” imbuhnya.
Syarifah, seorang pembeli mengungkapkan, cabai merupakan salah satu bumbu pokok, meski harga mahal, tetap kudu dibeli. Meski mengurangi jumlah bobotnya.
“Harga cabai mahal sekali. Bulan lalu beli Rp5.000 bisa buat dua pekan, sekarang hanya dapat sejumput. Terlalu tinggi naiknya. Mungkin pengaruh kemarau ya?” keluhnya.
Meski harga melambung tinggi, Syarifah tetap membeli cabai untuk kebutuhan dapur.
Menurut dia, cabai merupakan bahan pokok yang tidak tergantikan.
Apalagi, sehari-hari dia mencari nafkah dengan berjualan nasi goreng, menu yang menggunakan cabai sebagai salah satu bumbu utama.
Sekalipun harga cabai naik tinggi, Syarifah tetap bertahan tidak menaikkan harga atau mengurangi porsi nasi goreng dagangannya.
“Modal bertambah, hasil jualan menurun. Tapi ya mau gimana lagi, cabai tetap harus dibeli,” pungkasnya.