Panennews.com – Sedimentasi sungai yang akut mengancam keberlangsungan tambak ikan dan garam di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.
Petambak Desa Genengmulyo, Khundori mengatakan, jika kondisi ini terus dibiarkan tak ayal ratusan petambak terancam gagal panen.
“Di sini sudah ada beberapa tambak yang ikannya mati. Usia ikan itu lima bulanan,” ujar pria berumur 45 tahun itu, Jumat (20/10/2023).
Mirisnya pengendapan tersebut, sudah terjadi menahun dan belum ada tindak lanjut.
“Sudah lima tahun ini sungai tidak pernah dikeruk. Jadi menyusut. Sebelumnya kedalaman sungai 2 meter, saat ini tinggal 50 sentimeter,” bebernya.
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan. Padahal sungai menjadi andalan petambak ikan dan garam di wilayah Juwana.
“Kalau tidak segera dikeruk, kemungkinan budidaya ikan dan produksi garam akan semakin merugi,” keluhnya.
Khundori mengaku, harus mengeluarkan biaya ekstra agar petak tambak teraliri air asin. Adalah dengan menyewa pompa dengan biaya yang sangat mahal.
“Memompa air dilakukan dengan dua tahap. Mula-mula air dari laut dialirkan ke sungai, setelah itu air dari sungai disedot ke tambak,” jelasnya.
Ihwal yang sama juga diamini oleh Petambak Desa Agungmulyo, Jomo. Ia menerangkan, biaya untuk menyewa pompa sangat memberatkan petambak.
“Total itu Rp 5 juta setiap memompa air laut. Rinciannya Rp 3 juta untuk menyedot air dari laut ke sungai, dan Rp 2 juta untuk mengalirkan ke tambak,” sebut kakek berusia 70 tahun itu.
Ancaman gagal panen para pemilik tambak akibat sedimentasi tidak hanya dirasakan di Desa Agungmulyo dan Genengmulyo semata.
Desa Langgenharjo, Bakaran Kulon, Bakaran Wetan, Dukutalit dan Growong Lor di Kecamatan Juwana juga dihadapkan pada permasalahan serupa.
“Harapannya pemerintah segera bertindak untuk melakukan pengerukan. Ini sudah lima tahun loh, kok enggak ada tindakan,” tegasnya.