Panennews.com – Harga beras naik di NTB saat ini disebut-sebut salah satunya dipicu karena banyaknya gabah yang dibawa ke luar daerah. Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi NTB, Abdul Aziz mengatakan, tingginya harga beras tidak hanya dialami di NTB saja. Hal yang sama juga terjadi dihampir seluruh wilayah di Indonesia.
“Pertanyaannya, kenapa lumbung pangan ini terjadi kenaikan beras? Petani kita banyak yang jual gabahnya kepada pengusaha. Lalu pengusaha menjualnya kepada pengusaha luar daerah. kita tidak bisa menahan, karena ini kan pasar bebas,” ujarnya, Rabu (18/10/2923).
Data Dinas Pertanian, NTB memiliki lahan sawah sekitar 270 ribu hektar dan produksi 1,3 juta ton setara gabah atau 900.000 ton setara beras. Sementara kebutuhan NTB dengan asumsi penduduk 5,5 juta jiwa hanya dikisaran 600.000 ton. Masih ada surplus sekitar 300.000 ton.
Stok beras yang ada di Bulog NTB saat ini mencapai 24 ribu dan ketersediaannya cukup untuk 4-5 bulan ke depan. Menurutnya, masih cukup aman, hingga musim panen yang akan datang.
Badan Ketahanan Pangan Nasional (Bapanas) juga memberikan dukungan pendanaan untuk menyelenggarakan kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) selama 17 kali di NTB untuk menjaga ekspektasi konsumen.
“Sehingga konsumen tidak beranggapan bahwa pangan tidak ada, beras tidak ada,” tukasnya.
Menurutnya, kegiatan pangan murah ini akan digelar di tempat-tempat keramaian, ditengah-tengah masyarakat. Menghadirkan berbagai jenis kebutuhan pangan pokok. Di antaranya, dari beras, cabai, tomat, bawang, gula pasir, minyak goreng, telur, daging ayam dan sapi dan kebutuhan pangan lainnya.
Menggandeng Perum Bulog, para distributor-distributor, dan mitra lainnya. Harga jual produk pangan dalam setiap kali kegiatan pangan rumah mengacu kepada harga penjualan tertinggi yang ditentukan oleh pemerintah.
Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat, bisa mendapatkan kebutuhan pangan pokok berkualitas dengan harga terjangkau untuk memenuhi konsumsi sehari-hari atau untuk mempersiapkan pelaksanaan hari besar keagamaan.