Panennews.com – Kementerian Pertanian turut mendukung sektor pariwisata di NTB dengan akan dikembangkannya sapi perah di Sajang dan Sembalun, Lombok Timur, NTB.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB, Muhammad Riadi menjelaskan, rencananya pada tahun 2024 nanti Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian akan membantu sebanyak 200 ekor sapi perah untuk kelompok ternak yang ada di Sembalun.
Pengembangan sapi perah ini juga akan dimudahkan dengan hadirnya offtaker yang akan membeli dan mengolah, serta menjual langsung susu hasil perahan sapi-sapi dimaksud.
Pihaknya tengah mempersiapkan kelompok yang akan diberikan bantuan sapi perah ini. Tugas kelompok ini adalah menyediakan kendang-kandang yang refresentatif dan melakukan pemeliharaan.
“Karena offtaker-nya sudah ada, nantinya kelompok ndak perlu memikirkan kemana mau jual susu sapinya. Offtaker-nya langsung yang ambil. Peternak tinggal melihara saja,” tandasnya, Sabtu (28/10/2023).
Menurutnya, offtaker ini akan melihat perkembangannya. Jika peternak di Sembalun berhasil mengembangkan sapi perah ini, tidak menutup kemungkinan akan dilakukan investasi yang lebih besar untuk pengembangan sapi perah dengan populasi yang lebih banyak.
Riadi menambahkan, beternak sapi potong dan perah merupakan peluang bisnis, sebab harga sapi maupun produknya setiap tahun semakin meningkat. Sehingga bisa dijadikan investasi masa depan yang menjanjikan jika manajemen ternak dilakukan secara tepat.
“Berbisnis ternak sapi perah lebih menguntungkan daripada sapi potong, karena mendapatkan pedet (anak sapi) tiap tahun dan memproduksi susu segar rata-rata 15 hingga 18 liter per hari untuk per ekor sapi pada grade standart,” tandasnya.
Ditambahkan Riadi, peternakan sapi perah umumnya bisa dilakukan di wilayah dataran tinggi yang dingin dan sejuk untuk menghindari ternak stres akibat kepanasan.
Dewasa ini peternak mengembangkan sapi perah di dataran rendah untuk meningkatkan produksi dan menekan jumlah impor susu. Namun cekaman panas karena suhu dan kelembapan yang tinggi di dataran rendah menjadi kendala bagi ternak untuk berproduksi secara optimal.
Potensi pasar sapi perah untuk kebutuhan lokal saja cukup tinggi. Ditambah lagi kebutuhan sapi segar wisatawan. Hanya saja, untuk pengembangan sapi perah ini membutuhkan lahan untuk produksi pakan yang berkelanjutan.
Sebelum sapi-sapi ini diturunkan, rencananya kelompok ternak yang penerima bantuan akan diberikan pelatihan untuk mendukung keberhasilannya.
“Sebelum menerima sapinya, kita akan berikan pelatihan dulu. Karena masyarakat kita belum terbiasa memelihara sapi perah,” tutup Riadi.