Panennews.com – Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang menjadi salah satu program Pemprov NTT saat ini belum maksimal dapat menarik minat warga untuk memanfaatkan sumberdaya di daerah sendiri. Banyak warga NTT yang lebih memilih jadi pekerja migrant illegal (PMI).
“Walau sudah berupaya mencegah namun banyak warga NTT lebih memilih menjadi tega kerja ilegal, baik dalam negeri maupun dluar negeri,” kata Kepala Dinas Koperasi, Ketenagakerjaan, Transmigrasi Provinsi NTT, Sylvia Peku Djawang, Senin (28/8/2023).
Menurut Sylvia, Program TJPS ini juga dinilai tak berdampak signifikan bagi kemandirian masyarakat NTT di tanah sendiri. Namun ini juga bukan berarti tidak ada perubahan sama sekali.
“Memang ada perubahan namun tidak signifikan. Tidak menurunkan minat orang untuk bekerja di luar. Ini karena tidak semua orang memiliki lahan yang luas untuk diolah. Kalau memiliki lahan, juga tidak punya sarana prasarana produksi. Ini yang jadi pemicu,” jelas Sylvia.
Menurut Sylvia, Program TJPS ini sesungguhnya sangat berguna bagi petani untuk mengalihkan pendapatan pada urusan kewirausahaan ketimbang konsumtif saja.
“Sesungguhnya program TJPS ini kalau dijalankan benar sangat bagus membantu para petani yang selama ini hanya untuk kebutuhan konsumtif saja. TJPS ini sangat berguna bagi petani untuk mengalihkan pendapatan pada urusan kewirausahaan ketimbang konsumtif saja,” kata Sylvia.
Sementara itu, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, dalam pidato HUT RI terakhirnya menyebut program TJPS memiliki peningkatan luas lahan.
Menurut Viktor program ini memiliki dua pola. Pertama, Pola Reguler dari tahun 2019 – 2021 yang mana pemerintah menyiapkan sarana produksi bagi petani. Kemudian Pola Kemitraan pada 2022 – 2023 TJPS dilaksanakan tanpa APBD atau petani secara mandiri membiayai usaha taninya didukung ekosistem keuangan.
Pada tahun 2019, luas panen yaitu 2.017,53 hektar dan total produksi mencapai 9.538,9 ton. Kemudian di 2022 luas panen 95.403 hektar yang kapasitas produksi 297.657 ton. Untuk 2023 ini, ditargetkan luas area tanam sebesar 300.000 hektar di seluruh NTT.
Ekspor jagung curah sempat dilakukan ke Surabaya yakni sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya pada 2022 lalu.