Panen Perdana Bawang Merah Berbasis Agro Electrifying di Yogyakarta: Hasil Melimpah dan Ramah Lingkungan

oleh -13 views
Panen bawang merah yang ditanam dengan metode agro electrifying di Bantul
Panen bawang merah yang ditanam dengan metode agro electrifying di Bantul. (Dok. Pemda DIY)

Panennews.com – Panen perdana bawang merah dengan metode agro electrifying digelar di Yogyakarta. Setiap hektar lahan yang ditanami bawang merah dengan metode itu mampu menghasilkan 18-20 ton, lebih tinggi di atas rata-rata nasional yang hanya 10 ton per hektar. Keuntungannya setara Rp50 juta hingga Rp70 juta per hektar.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Dirjen Hortikultura Kementan RI Prihasto Setyanto memimpin panen perdana itu, Kamis (24/8/2023) di Kalurahan Parangtritis, Kretek, Bantul.

Kabupaten Bantul bagian selatan memang dikenal sebagai sentra penghasil bawang merah. Para petani yang tergabung di dalam Gapoktan Paris Makmur menerapkan metode agro electrifying, yakni pertanian tanpa menggunakan BBM sebagai sumber energi utama.

Mereka menggunakan energi listrik yang memberi efisiensi hingga 70% dan membuat area pertanian terbebas dari polusi.

Dirjen Hortikultura Kementan RI Prihasto Setyanto mengatakan, DIY berhasil mengelola lahan marginal menjadi lahan produktif yang menyejahterakan melalui budidaya bawang merah.

Berbagai upaya melalui intervensi teknologi juga telah diterapkan guna mendukung upaya menjadikan kawasan Pantai Selatan sebagai lumbung pangan DIY.

Baca Juga :   Ukuran Mini Potensi Tinggi, Timun Baby Dikembangkan Kelompok Wanita Tani Sleman

“Istilah lemah mati dadi urip (tanah menganggur jadi produktif) benar-benar terwujud dalam kenyataan di DIY,” kata Prihasto.

Ia mengaku terpukau dengan produktivitas bawang merah di Parangtritis yang sangat tinggi dan kreativitas menyelipkan tanaman lain seperti cabai di sela-sela tanaman bawang merah.

Hal ini menguntungkan, mengingat pada satu musim tanam bawang merah, cabai mampu dipanen hingga 30 kali.

Metode agro electrifying ini menurutnya menghemat operasional 70 % dan mampu mengurangi penggunaan pestisida. Apalagi permukaan air tanah di kawasan pertanian ini relatif dangkal.

Agro electrifying mampu menekan penggunaan pestisida, karena penggunaan pestisida berlebihan pada muka air tanah yang dangkal mengakibatkan pH tanah turun.

“Melihat di kawasan pertanian ini, tidak ada bau pestisida. Biasanya kalau angin kencang begini, di daerah lain sudah sangat kencang bau pestisidanya. Artinya konsep-konsep seperti yang sudah dikembangkan oleh masyarakat atau petani di DIY ini memberikan dampak positif yang luar biasa,” ujar Prihasto.

Baca Juga :   Kembangkan Teknologi Konsep SVF Perikanan, KKP Gandeng Kemenkop UKM

Adapun Sultan HB X mengatakan, budidaya bawang merah dengan metode agro electrifying ini mendapat dukungan dari Dana Keistimewaan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Bawang merah menurutnya hanya salah satu dari sekian banyak upaya masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.

Terlebih saat ini, Sri Sultan sedang menggencarkan pemanfaatan tanah kas desa (TKD) untuk digunakan oleh masyarakat sebagai upaya meningkatkan taraf hidup.

Sultan ingin hasil tersebut mampu meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga petani dan tak digunakan untuk perilaku konsumtif. Ia pun mengingatkan untuk mengembangkan komodolitas lain dan menggunakan lahan pertanian secara optimal.

“Saya berharap jangan terus semua nanam bawang merah, kira-kira 2000-2.500 hektar itu mungkin maksimal. Jangan sampai lebih, karena nanti fluktuasi harga makin menjadi, karena panennya tidak bareng. Nanti antar teman gapoktan saling bersaing, sehingga harganya malah jadi rusak. Jangan sampai, harus dijaga,” tutur Sultan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.