Ekowisata Mangrove di Lombok Barat Dibangun Dari Dana Desa

oleh -65 views
ekowisata mangrove di sekotong
Wisata Mangrove Sekotong Tengah (Panennews.com/H Wardi)

Panennews.com – Keberadaan ekowisata mangrove di Desa Sekotong Tengah, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) akhir-akhir ini menjadi buah bibir para pelancong.

Keindahan alam pantai dipadu dengan jelajah hutan mangrove yang rindang diterpa semilir angin pesisir menjadikan kawasan ini menjadi kawasan wisata desa yang tengah digandrungi.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, HM Fajar Taufik mengungkapkan eksistensi wisata mangrove ala Desa Sekotong Tengah ini akan semakin memperkuat Desa Wisata di Lombok Barat khususnya dan NTB pada umumnya.

Konsepnya Clean, Health, Safety, Environment (CHSE) bagi penguatan tata kelola dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan juga pengelolaan-pengelolaan dari aktivitas kelembagaan yang lain di lokasi wisata.

Baca Juga :   Perempuan Berperan Penting Dalam Pengembangan Pariwisata

“Bahkan Pemprov NTB juga membantu penataan wisata mangrove di lokasi itu berupa pengadaan boot work, pembangunan jembatan kayu untuk melintasi hutan mangrove baru untuk jalan keluar, kemudian penataan area parkir dan toilet portable,” kata Fajar, Sabtu (5/8/2023).

Sebagaimana diketahui Ekowisata Mangrove Sekotong Tengah mempunyai luas sekitar 12 ha dengan panjang trek sekitar 300 meter ini seakan membawa pengunjung ke surga dunia.

Firman mengingatkan kepada pemerintah desa setempat beserta jajaran atas hasil yang telah dicapai dalam membangun wisata daerah. Tujuannya agar perkembangan ekowisata mangrove ini tidak stagnan.

“Banyak hal yang masih bisa ditingkatkan di sini. Dari penataannya, kebersihannya, UKM-nya, agar masyarakat di sekitar ini bisa mendapatkan manfaat dari wisatawan-wisatawan yang datang,” ungkapnya.

Baca Juga :   Kunjungan Wisata Kawasan Konservasi Tahun 2022 Meningkat

Sementara itu, Kepala Desa Sekotong Tengah Lalu Sarapudin berharap ada dukungan berkelanjutan untuk wisata mangrove.

“Kita sangat berharap bantuan atau janji pembinaan dari provinsi, karena selama ini pembangunan wisata mangrove menggunakan Dana Desa,” aku Sarapudin.

Menurut Sarapudin, wisata mangrove ini telah menghabiskan lebih dari 700 juta Dana Desa. Pembangunannya dilaksanakan dua tahap pada November 2019.

Kemudian dilanjutkan Februari 2020. Dan diharapkan ada suntikan dana kemudian dari instansi pemerintah pusat maupun dukungan lembaga lainnya baik dalam dan luar negeri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.