Mahalnya Harga Beras Pacu Inflasi di NTB

oleh -39 views
Wahyudin
Kepala BPS NTB Wahyudin. (Panennews.com/Hernawardi)

Panennews.com – Kepala BPS Provinsi NTB Wahyudin mengatakan, laju inflasi year on year (y-on-y) gabungan dua daerah, yakni Kota Mataram dan Kota Bima pada Februari 2023 sebesar 6,30 persen. Angka inflasi ini lebih tinggi dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,47 persen.

Di Mataram, Selasa (7/3/2023) Kepala BPS NTB ini menyebut berbagai faktor yang mempengaruhi laju inflasi di Februari 2023. Seperti mahalnya harga beras dan rokok kretek filter di sejumlah daerah. Sumbangan yang paling besar inflasi di NTB dari kelompok makanan dan minuman, terutama beras. Padahal NTB dikenal sebagai penghasil beras dan lumbung padi Nasional.

“Tetapi beras bahkan di NTB menjadi komoditas penyumbang inflasi daerah terbesar,” kata Wahyudi dalam press rilisnya.

Baca Juga :   Amankan Stok Jelang Nataru, Beras CBP 4.700 Ton Tiba Di Pelabuhan Kupang

Kemudian inflasi month to month (m-to-m) gabungan dua kota di bulan Februari 2023 sebesar 0,38 persen. Sedangkan inflasi year to date (y-to-d) di Februari 2023 sebesar 0,70 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi year to date (y-to-d) di Februari 2022 sebesar 0,64 persen.

Wahyudin menuturkan perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan terjadi kenaikan.

Hal ini ditandai dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,65 pada Februari 2022 menjadi 113,36 pada Februari 2023. Beras dan rokok kretek filter memberi andil besa terhadap inflasi masing-masing sebesar 0,6422 persen dan 0,3665 persen.

Baca Juga :   Diminati Berbagai Negara,Pemerintah Terus Dukung Produk Halal Indonesia di Pasar Internasional

Komoditas lain yang juga dominan memberikan sumbangan inflasi y-on-y, yaitu telur ayam ras sebesar 0,2224 persen, bawang merah sebesar 0,1503 persen, dan rokok putih sebesar 0,1263 persen.

Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi y-on-y, yaitu ikan layang atau ikan benggol sebesar 0,1048 persen, tomat sebesar 0,0568 persen, daging sapi sebesar 0,0237 persen, minyak goreng sebesar 0,0234 persen dan jeruk sebesar 0,0163 persen.

Wahyudin berharap dengan beberapa daerah sudah yang sudah mulai panen, harga beras dipasaran dapat turun.

“Dinas Pertanian harus memikirkan kenapa bisa beras menjadi penyumbang inflasi padahal NTB penghasil beras dan penopang pangan Nasional,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.