Panennews.com – Perum Bulog NTB berusaha semaksimal untuk menyerap 200 ribu ton beras dari para petani di NTB. Dalam tahun 2023.
Penyerapan beras petani ini diharapkan lebih tinggi dari penyerapan sebeleumnya yang hanya 112 ribu ton.
Target pembelian beras sebesar ini untuk mememenuhi kebutuhan pangan di tengah pertumbuhan jumlah penduduk dan mengantisipasi terjadinya krisis pangan.
Wakil Pimpinan Perum Bulog NTB, Ismed Orlando menjelaskan, permasalahan yang dihadapi di lapangan saat ini adalah kesulitan mendapatkan gabah, sejak dari awal Januari hingga akhir Februari 2023 ini.
Minimnya pembelian, karena harga pembelian di lapangan yang cukup tinggi, meskipun sedang panen raya. Selain itu, gabah dan beras petani banyak diserap oleh pengusaha dan dibawa ke luar daerah.
“Bukan hanya Bulog yang tidak dapat menyerap beras, akan tetapi masyarakat serta mitra-mitra di sini juga tidak dapat bagian. Karena kalah saing oleh pembeli luar Pulau jawa yang berani membeli dengan harga yang cukup tinggi,” katanya, Selasa (28/3/2023).
Pemerintah daerah di NTB mewacanakan untuk membatasi gabah keluar dari Provinsi NTB. Karena yang dirugikan itu bukan hanya pemerintah daerah dan masyarakat saja, pedagang-pedagang mitra kecil penggilingan juga terkena dampaknya.
Menurutnya, jika mitra-mitra kecil ini tidak bisa membeli barang, tentu industri penggilingan tidak jalan dan tentu pegawai tidak kerja alias nganggur.
Masyarakat juga menurutnya meminta kepada Pimpinan Bulog agar gabah tersebut tidak dikirim keluar ke Jawa, karena masyarakat sendiri terkena dampaknya.
Sebab dari hasil penggilingan tersebut seperti katul, menir, dedak, sekam, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.