Panennews.com – Komitmen pemerintah Indonesia dalam upaya menjaga ketersediaan dan mengantisipasi ancaman krisis pangan menjadi sorotan negara-negara anggota G20 termasuk badan pangan dunia, FAO dalam sebuah forum diskusi rangkaian pertemuan G20 silam.
Menurut Chief Economics FAO (Food and Agriculture Organization) Maximo Torero, kondisi sektor pertanian Indonesia masihlah aman dari krisis pangan yang tengah melanda sejumlah negara dunia. Bahkan Indonesia menurutnya mengalami kemajuan sangat luar biasa terkait produksi dan peningkatan kapasitas beras.
Hal ini juga diperkuat oleh Badan Pusat Statistik yang telah mengeluarkan data produksi beras setiap tahunnya. Tahun 2019 terdapat surplus beras 2,38 juta ton, tahun 2020 surplus 2,13 juta ton, tahun 2021 surplus 1,31 juta ton dan 2022 surplus 1,74 juta ton.
Saat ini, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan semakin gencar melakukan pembinaan beberapa Kelompok Tani untuk menghasilkan beras yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.
Bila flashback ke tahun 2022, maka tingkat produktivitas beras nasional sangatlah optimal sesuai dengan perencanaan yang ada. Terhitung di tahun 2022 luas panen nasional diatas 10 juta hektare.
Peningkatan produksi 2022 ini ditopang oleh berbagai program seperti peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan indeks tanam, penggunaan benih unggul, mekanisasi, mendorong efisiensi usahatani, bimtek, penyuluhan, kredit KUR, kemitraan, pasca panen dan lainnya.
Selain itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Bambang Pamudji menegaskan stok beras di beberapa wilayah masih sanggup memenuhi kebutuhan beras dengan data sebaran yang terperinci di pelaku usaha beras dan mengacu Prognosa BPS pada Februari 2023 memasuki panen raya seluas 1,4 juta hektar yang setara dengan 4,3 juta ton beras.
Lanjut Bambang, sesuai dengan arahan Menteri Pertanian dalam menghadapi ancaman iklim ekstrim 2023, maka dilakukan beberapa upaya antisipasi, adaptasi dan mitigasi.
Sementara itu, Langkah-langkah yang ditempuh diantaranya yaitu dengan melakukan mapping daerah rawan kekeringan, rawan banjir, rawan serangan hama penyakit. Memfasilitasi brigade Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Membangun early warning sistem dalam memantau data BMKG. Merawat saluran irigasi dan sumber air. Menggunakan benih tahan kekeringan saat kemarau dan tahan genangan saat musim hujan. Menggalakkan mekanisasi panen. Mensosialisasikan asuransi usahatani dan melakukan bantuan benih bagi yang puso.
Lebih lanjut, Strategi ini melengkapi beberapa capaian yang telah dilakukan Kementerian Pertanian di tahun 2022 yang semakin memperlihatkan komitmen Kementan dalam menjaga pemenuhan pangan disepanjang tahun 2023 mendatang.