Guru Besar UGM: Indonesia Perlu Strategi Baru untuk Ciptakan Kedaulatan Pangan

oleh -98 views
guru besar IGM
Guru Besar FTP UGM Sri Rahardjo saat menyampaikan orasi ilmiah soal kedaulatan pangan di UGM, Senin (19/12/2022). (Dok.UGM)

Panennews.com – Untuk mencapai kedaulatan pangan, Indonesia memerlukan strategi baru dalam me respons berbagai perubahan dan tidak bisa hanya mengerjakan dan meneruskan program rutin yang sudah berjalan selama ini.

Selama ini, peningkatan produksi pertanian pangan telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan menguras sumber daya tak terbarukan.

Apalagi, proses produksi pangan memerlukan banyak bahan bakar fosil yang jumlahnya semakin terbatas, cadangan air tanah yang semakin tipis, dan tanah yang terus mengalami erosi.

Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) , Sri Rahardjo, dalam orasi ilmiah berjudul ‘Pangan Berdaulat, Generasi Sehat, Bangsa Bermartabat’ pada peringatan puncak Dies Natalies ke-73 UGM, di auditorium UGM, Sleman, DIY, Senin (19/12/2022).

“Jika tidak diperhatikan, kondisi-kondisi itu dalam jangka panjang bisa mengancam produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah,” katanya.

Di sisi lain, menurut Rahardjo, terjadi perubahan besar di bidang pangan dan pertanian dalam sepuluh tahun terakhir dan sepuluh tahun ke depan.

“Perubahan-perubahan ini perlu kiranya menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi baru untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi setiap negara,” katanya.

Pertama, kondisi iklim yang polanya semakin sulit untuk diperkirakan dan ekstrem, selain serangan hama dan penyakit yang makin ganas.

Baca Juga :   Perkuat Ketahanan Pangan, Pemerintah Bangun Manajemen Sistem Pangan Terintegrasi

Kedua, peningkatan proporsi penduduk usia lanjut dan konsumen pangan yang semakin peduli terhadap kesehatan, dan adanya tuntutan kebutuhan pangan spesifik bagi individu.

Ketiga, peningkatan penghasilan penduduk yang membutuhkan penyediaan pangan yang makin beragam dan layanan penyajian makanan yang harus menyesuaikan tuntutan gaya hidup yang beragam.

Keempat, pemasaran dan distribusi pangan yang makin luas menembus batas-batas negara. Di satu sisi, half ini membuka peluang pangsa pasar baru bagi produk tertentu. Namun, di sisi lain juga menimbulkan kompetisi yang makin ketat dengan produk yang sudah ada.

Kelima, terganggunya rantai pasok bahan baku pupuk dan produksi serealia akibat konflik antarnegara.

“Yang menjadi tantangan sekarang dan ke depan adalah bagaimana menghasilkan pangan yang cukup dan beragam untuk memenuhi kebutuhan terutama di Indonesia yang jumlah penduduknya besar dan terus meningkat,” paparnya.

Ia mengakui daya dukung sumber daya alam semakin berkurang. Penggunaan sumber daya air juga sudah terlalu besar dan kondisi ini acap kali diabaikan. Selain itu, meluasnya pencemaran air luas dan emisi gas rumah kaca.

Untuk itu, konsep alternatif yang dapat ditempuh untuk mencapai tingkat kedaulatan pangan yang semakin mantap dan berkelanjutan ke depan antara lain dengan memanfaatkan lahan marginal dan lahan tidur untuk pertanian produktif.

Baca Juga :   Kejaksaan Agung Ungkap Mafia Minyak Goreng

Selain itu, meningkatkan produktivitas hasil pertanian, meningkatkan penyediaan pangan sepanjang rantai pasok yang aman, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, mengubah pola konsumsi makanan ke arah yang lebih menyehatkan, dan mengurangi kehilangan hasil pertanian serta mengurangi jumlah makanan yang berakhir menjadi limbah.

“Dengan cara alternatif tersebut, diperkirakan dapat meningkatkan ketersediaan pangan hingga 100 persen dengan tetap menjaga dampaknya bagi lingkungan yang minimal,” katanya.

Rahardjo mengingatkan, upaya meningkatkan produksi pangan jika tidak dikelola dengan benar dapat berdampak memberikan beban yang semakin buruk pada lingkungan. Kegiatan produksi pangan mulai dari on farm sampai proses pengolahan oleh industri dan distribusinya menimbulkan emisi gas rumah kaca, membutuhkan air bersih, dan penggunaan energi yang jumlahnya semakin besar.

“Panjangnya rantai produksi dan distribusi pangan yang belum didukung dengan infrastruktur yang memadai dan pengelolaan rantai pasok yang belum efisien berakibat terjadinya food loss maupun food waste yang cukup signifikan. Hal ini bukan saja berdampak menambah beban berat bagi lingkungan, melainkan juga membuat harga jual komoditas pangan tidak dapat bersaing,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.