BI Provinsi Bali Mencatat, Bali Menduduki Urutan Inflasi Tertinggi ke-6

oleh -58 views
BI Prov Bali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho.(Panennews.com/Agung Gede)

Panennews.com – Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat Provinsi Bali menduduki urutan inflasi tertinggi ke-6 sebesar 6,62% yoy (year over year), urutan ke-9 sebesar 0,28%, mtm (month to month), urutan ke-11 sekitar 5,69%, ytd (year to day). Sementara itu, komoditas hortikultura yang perlu diwaspadai juga adalah harga canang sari.

Untuk pengendalian inflasi ke depan Bank Indonesia memberikan rekomendasi jangka pendek dinataranya memperkuat fungsi perumda pangan sebagai offtaker dengan mendorong pembiayaan dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Rekomendasi lainnya yang disampaikan yaitu denan mengoptimalkan SiGapura sebagai pusat informasi pergerakan harga dan memperkuat akurasi data neraca pangan, diantaranya dengan menambahkan data arus keluar masuk komoditas dari dan ke Bali.

Baca Juga :   Jaga Inflasi Nasional, Bantuan Pangan Beras Terus Dilanjutkan

Lebih lanjut, yaitu dengan melanjutkan gerakan menanam cabai atau bawang serta komunikasi kepada masyarakat perlu terus diperkuat misalnya penggunaan televisi atau running text di pasar.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, mengatakan percepatan implementasi perda No. 10 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi, Optimalisasi penggunaan lahan tidur milik pemerintah daerah, utamanya untuk hortikultura.

“Rekomendasi jangka menengah atau panjang, yaitu memperkuat branding dan meningkatkan penggunaan produk pangan lokal Bali,” Ujarnya pada Sabtu (17/12/2022) di Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Pihaknya juga menyatakan bahwa yang perlu dilakukan yaitu dengan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMD) Pangan bagi kabupaten yang belum memiliki sebagai operator pelaksana KAD dibangun secara profesional.

Baca Juga :   Gandeng Petani Dan Pedagang, Cara Pemkot Cimahi Atasi Lonjakan Harga Cabai

Hal lainnya yaitu menyangkut pembagian (spesialisasi) fungsi offtaker BUMD berdasarkan komoditas unggulan di Bali, pembentukan pasar induk di Bali, serta peningkatan suplai dan produktivitas lahan melalui digital farming di sisi hulu untuk bahan pangan.

Trisno juga menekankan adanya hilirisasi komoditas, khususnya pada sektor hortikultura untuk menjaga stabilitas harga dan menjaga Nilai Tukar Petani.

“Hilirisasi komoditas hortikultura dalam rangka menjaga stabilitas harga dan menjaga nilai tukar petani, pengadaan, dan optimalisasi CAS” Ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.