Akademisi Sebut Kondisi Subak di Bali Setengah Mati Saat Ini

oleh -99 views
Wayan Windia
Budayawan, Praktisi dan Akademisi, Dr. Ir Wayan Windia.(Panennews.comAgung Gede)

Panennews.com – Subak sebagai sistem pengairan di areal persawahan masyarakat Bali kondisinya disebut setengah mati saat ini.

Hal tersebut diungkapkan oleh Praktisi dan Akademisi Dr. Ir Wayan Windia, Kamis,(8/12/20222) di Renon, Denpasar, Provinsi Bali.

Windia menjelaskan bahwa saat ini sebagian orang sudah tidak serius dalam mengurus subak karena merasa anggotanya dalam kondisi merugi.

“Sektor pertanian sekarang dapat dikatakan telah setengah mati. Akibatnya petani tidak suka bertani kembali, sehingga kondisi tersebut menyebabkan alih fungsi lahan ikut terjadi, ” jelasnya.

Dirinya menyebutkan, dari data Pemda Bali tahun 2019, alih fungsi lahan sebelum Covid-19 tercatat berkurang per tahunnya sebesar dua ribu hektar.

Baca Juga :   Kementan Terapkan PPHT, Dorong Petani Kendalikan OPT Pada Tanaman Cabai

Kondisi tersebut disebabkan terjadinya alih fungsi lahan semakin meluas dikarenakan untuk keperluan pembangunan pertokoan, perumahan, kos-kosan, dan lain-lainya.

“Kondisi tersebut tentunya menjadi para petani mulai enggan untuk bertani,” ungkap Windia.

Windia mengungkapkan bahwa perhatian Pemerintah terhadap subak dirasa telah menurun. Hal ini tercermin dari pemberian bantuan sosial yang ada sekarang hanya Rp 10 juta per tahunnya. Jika dibandingkan tiga tahun sebelumnya, bantuan per subaknya dapat mencapai Rp 50 juta.

“Ini adalah indikasi bahwa subak tidak mendapat perhatian serius karena, petani juga lemah sekali”, ucapnya.

Baca Juga :   Kemenkop UKM Perkuat Upaya Digital Hingga Hilirisasi Koperasi Pertanian Di ASEAN

Windia mengungkapkan subak seyogyanya tidak hanya mengurus ritual dan gotong royong saja. Melainkan subak dapat berfungsio sebagai sebuah lembaga ekonomi sehingga akan timbul kegiatan-kegiatan ekonomi di masyarakat

“Jika ada kegiatan ekonomi, maka dapat membantu petani di subak yang bersangkutan”, cetusnya.

Dirinya berharap, subak dapat diupayakan untuk dikembangkan sebagai kawasan Eco-Cultural Tourism kedepanya.

“Jadi pariwisata basisnya ekologi dan budaya ada pada subak,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.