Harga Kedelai Melonjak, Pengusaha Tahu Tempe di Mataram Terancam Merugi

oleh -41 views
pengusaha tahu tempe mataram
Melonjaknya harga kedelai menjadikan pengusaha tahu tempe di Mataram khawatir merugi. (Panennews.com/Istimewa)

Panennews.com – Melambungnya harga kedelai menjelang Natal dan tahun baru (Nataru) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membuat sejumlah pengusaha tahu tempe kelimpungan dan terancam merugi dalam pengolahan usahanya.

Para pengusaha juga tidak menaikkan harga tahu tempe begitu saja, karena khawatir tidak akan laku.

Sejumlah pengusaha tahu tempe di Kota Mataram mengakui harga kedelai lokal saat ini mencapai Rp 14.500 per kilogram dan kedelai impor seharga Rp 13.500 per kilogram. Sebelumnya harga kedelai hanya Rp11.700 per kilogram.

Salah satu pengusaha tahu tempe asal Mataram Syaifudin mengaku bahwa sebelun harga kedelai naik, dalam sekali produksi terbanyak mampu menghabiskan sekitar 80-100 kilogram kedelai, dengan produksi tahu sebanyak 25-30 papan per hari.

Baca Juga :   Bapanas Pastikan Stok Kedelai Di Pengrajin Tahu Tempe Aman Dan Mencukupi

Akan tetapi, lanjut Syaifudin, setelah kenaikan harga kedelai yang cukup drastis, dirinya mengaku hanya mampu memproduksi sekitar 15-17 papan dengan menghabiskan 70 kilogram kedelai per hari.

“Produksi sekitar 15-17 papan dengan menghabiskan 70 kilogram kedelai per hari”, kata Syaifudin di Desa Abian Tubuh, Cakrenegara, Kota Mataram, Sabtu (26/11/2022).

Syaifudin melanjutkan bahwa dirinya melakukan berbagai upaya untuk mensiasati harga kedelai yang melonjak. Hal ini dimaksudkan agar omzet penjualan yang didapatkan tidak mengalami penurunan terus menerus.

Karena tidak mungkin menaikkan harga tahu secara mendadak. Hal itu justru dapat mengurangi pelanggan tahu miliknya.

Baca Juga :   Bazar Ramadhan Stabilkan Harga Beras di NTB

Sementara itu, menyikapi naiknya harga kedelai ini, upaya lain yang dilakukan pengusaha tahu tempe yakni dengan mengecilkan ukuran tempe yang diproduksinya. Mengingat harga kedelai yang biasa ia beli naik hingga Rp 1.500 lebih.

“Kami mengecilkan ukuran tempe untuk mengurangi kerugian. Ia juga mengaku saat ini omzet berkurang dan memaksa dirinya untuk mengurangi ukuran setiap tempe yang diproduksinya,” ujarnya.

Ia berharap kepada pemerintah untuk memberikan solusi terbaik akan naiknya harga kedelai ini. Agar pengrajin yang membutuhkan bahan baku kedelai dapat menjalankan usahanya kembali normal seperti dulu,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.