Panennews.com – Tentunya bagi masyarakat Indonesia, kerupuk sudah menjadi salah satu jenis kudapan yang sering mengiringi saat makan. Kerupuk dengan ciri khas yang renyah dan gurih tersebut dibuat dari adonan tepung tapioka serta campuran perasa ikan maupun udang. Dalam prosesnya biasanya kerupuk akan digoreng dalam satu kuali dengan minyak goreng (migor) atau deep fat frying.
Padahal diketahui bahwa proses menggoreng kerupuk dengan migor mempunyai kelemahannya tersendiri. Salah satunya yaitu adanya kualitas mutu yang menurun pada kerupuk itu sendiri. Selain itu juga akan berdampak pada kesehatan yang bisa saja kurang baik untuk tubuh seperti mengakibatkan jantung koroner, kolesterol, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, melihat berbagai hal yang masih terdapat kelemahan dalam penggorengan kerupuk konvensional, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat terobosan baru. Mereka menciptakan lat penggorengan kerupuk rendah kandungan minyak yang dinamai Health Fryer. Beberapa mahasiswa yang berkontribusi dalam pembuatan alat ini diantaranya Novita Wulandari dari prodi Pendidikan Fisika, Retno Widyastuti dari prodi Fisika dan Reza Akhmad Mulyono dari prodi Teknik Manufaktur UNY.
Health Fryer terdiri dari empat rak, adapun rak terbawah merupakan tempat minyak. Sedangkan untuk ke-tiga rak di atasnya merupakan tempat untuk menggoreng. Metode penggorengannya sendiri dengan menggunakan uap minyak panas yang berada dirak paling bawah.
Alat penggorengan dengan ukuran panjang 55 cm, lebar 48 cm, dan tinggi 62 cm ini terbuat bahan plat galvanis dan dilengkapi thermometer sebagai pengukur suhu. Reza menjelaskan bahwa selain plat, alat dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat health fryer ini adalah regulator, pipa dan saluran gas, thermometer, saluran penghubung, loyang tempat minyak dan kerupuk serta pegangan, dan pengunci pintu.
Untuk menggunakan alat ini cukup mudah. Pertama nyalakan pipa gas dan didihkan migor hingga berkisar 170˚C pada rak paling bawah. Kemudian masukkan kerupuk pada ketiga loyang rak-rak yang tersedia hingga mengembang. Kecilkan api agar suhu tetap stabil dan tunggu sampai kerupuk mengembang dengan baik.
“Dari uji coba didapatkan hasil bahwa kerupuk akan mengembang maksimal setelah 8 menit pada suhu 2200 Celcius” kata Reza.
Karya ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Iptek. Hal ini juga merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu dan kemitraan. Selain itu, mahasiswa UNY juga sudah menjalin ke beberapa UMKM di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah untuk membuka peluang pasar baru mengenai alat ini.