Panennews.com- Kementerian Pertanian terus mengembangkan kawasan hortikultura salah satunya melalui program food estate. Kabupaten Wonosobo adalah salah satu kawasan dengan konsentrasi pengembanganan kentang, bawang merah, bawang putih dan aneka cabai. Total luasannya meliputi 339,96 hektare.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam berbagai kesempatan meminta jajarannya melakukan pengawalan intensif agar kemanfaatan program tersebut benar-benar dirasakan oleh petani. Indikatornya terlihat dari peningkatan produktivitas panen, jaminan pemasaran dan peningkatan pendapatan petani.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas program pengembangan kawasan hortikultura. Ke depannya pemerintah akan terus memperluas jangkauan program, sehingga petani yang ikut berpartisipasi dalam program serupa akan semakin banyak.
“Offtaker atau investor akan terus kita gandeng agar ada keberlanjutan usahatani terutama aspek pemasaran. Kemudian, UMKM maupun industri besar olahan bawang merah juga terus kita dorong menjadi mengungkit pertumbuhan produksi dan pendapatan petani,” kata Prihasto dalam pesan tertulis, Selasa (15/2).
Beberapa hari lalu, panen perdana bawang merah terlaksana di lahan Kelompok Tani Ngudi Rahayu di Desa Wonosari, Kecamatan Kalikajar. Dari hasil panen diketahui mencapai 12,3 ton per hektare. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata panen Wonosobo di luar program food estate, yakni 12 ton per hektare.
“Ini produktivitas yang sangat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Semoga hasil panen ini menjadi pemicu bagi petani lainnya untuk lebih luas mengembangkan kawasan bawang merah,” ujar Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Wonosobo, Dwiyama Satyani Budyayu saat menyaksikan proses pengubinan, Kamis (10/2).
Dirinya bersama mantra tani berharap harga jual bagus sehingga tidak ada keraguan bagi petani untuk melakukan usaha tani ke bawang merah .
“Peningkatan produktivitas kami yang di atas rata-rata tentunya tak terlepas dari berbagai faktor di antaranya benih bermutu, lahan baru, petani yang ulet dan teknologi,” ujar Ketua Kelompok Tani Ngudi Rahayu, Diyo.
Dari faktor ekonomis, efisiensi biaya produksi dari program food estate untuk komoditas bawang merah mengalami peningkatan. Biaya produksi sebelum program ini mencapai Rp 40 juta per hektare, setelah program ini berjalan biaya produksi cukup Rp 32,7 juta per hektare. Dengan biaya produksi tersebut, hasil panen mampu mencapai angka Rp 243 juta per hektare sehingga pendapatan bersih yang diperoleh petani sekitar Rp 210,3 juta per hektare setiap musim tanam.
Kepala Desa Wonosari, Bondar mengaku sangat bangga dan bersyukur atas usaha warganya tersebut.
“Kami sangat berterima kasih kepada Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian yang mendampingi warga sehingga mampu menghasilkan panen yang memuaskan,” ujar Bondar.
Kegiatan panen bawang merah di FE Tawon ini juga dihadiri PT. Semangat Bersama Enterprenership (SBE) selaku offtaker. Hasil panen dalam bentuk rogol basah langsung dibeli sesuai dengan harga yang disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS).