Riset Budidaya Superintensif di Kembangkan Oleh KKP Guna Tingkatkan Produksi Udang Vaname

oleh -135 views
humas KKP

Panennews.com- Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus mengupayakan pengembangan riset guna tingkatkan produksi udang vaname. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros yang terus melakukan riset budidaya superintensif untuk produksi udang vaname.

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros menggunakana aplikasi sistem progresif, sludge collector dan microbubble, yang dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan BRPBAP3, Desa Punaga, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Riset dan inovasi teknologi perikanan yang dikembangkan pihaknya dilakukan dalam rangka mendukung tiga program prioritas utama yang menjadi terobosan KKP Tahun 2021-2024.

Baca Juga :   Kemenkop UKM Ajak Disabilitas Optimalkan Teknologi Digital UMKM

Kepala Pusat Riset Perikanan BRSDM Yayan Hikmayani menyampaikan tiga program prioritas itu antara lain, Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor didukung riset kelautan dan perikanan. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.

Sementara itu, Kepala BRPBAP3 Asda Laining menambahkan, aplikasi sistem progresif, sludge collector dan microbubble pada budidaya udang vaname superintensif dilakukan untuk menggenjot produksi perikanan budidaya udang vaname dalam rangka mendukung peningkatan ekonomi nasional dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Baca Juga :   Strategi Jitu Menteri Trenggono Berantas Illegal Fishing

“SC (Sludge Collector) menghasilkan performa kualitas air yang lebih stabil dibandingkan CD (Central Drain) karena adanya pembuangan sludge yang lebih efektif. Perlakuan SC menghasilkan produksi 5.256 kg lebih tinggi dibandingkan perlakuan CD sebesar 4.849 kg atau terjadi peningkatan produksi sebesar 8,4%, dengan peningkatan sintasan sebesar 10%, penerimaan 6,4% lebih tinggi dan FCR lebih rendah sebesar 14,5% dibandingkan perlakuan CD,” Ungkap Asda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.