Ketua Kelompok Nelayan Kerambah : Kami Hanya Bisa Bertahan

oleh -90 views
H. Bongke, Ketua Kelompok Nelayan Kerambah di Tanjung Jaya, Kab. Pandeglang, Provinsi Banten - Foto : Panen News
H. Bongke, Ketua Kelompok Nelayan Kerambah di Tanjung Jaya, Kab. Pandeglang, Provinsi Banten - Foto : Panen News

Panennews.com – Ketua Kelompok Nelayan Kerambah, Desa Tanjung Jaya, Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, H. Bongke mengaku selama masa pandemi ini permintaan komoditi lobster, kakap, maupun kerapu sangat lesu sehingga pihaknya hanya mampu bertahan.

“Permintaan turun, sekarang saya hanya bisa bertahan saja, hampir saja gulung tikar” Ungkap Bongke saat di temui Panen News, Kamis (25/2).

Bongke menjelaskan bahwa dirinya dan sekitar 200 nelayan lainnya sangat terdampak saat masa pandemi selama ini. Hal ini dikarenakan permintaan berbagai restoran di Jakarta sudah tidak ada lagi.

“Saya terakhir mengirim lobster ke Jakarta sekitar bulan Maret 2020, setelah itu tidak ada lagi permintaan” Jelasnya.

Baca Juga :   Nelayan Karimunjawa Gundah, Ikan Laut Dibeli Murah

Padahal, menurut Bongke, dirinya sangat tergantung dari budidaya kerambah yang dijalaninya sekarang. Ia saat ini mempunyai sekitar 30 kota kerambah yang terpaung di pinggir pantai dekat rumahnya. Didalamnya, lanjut Bongke, terdapat banyak ikan kerapu, kakap, dan lobster.

Lebih lanjut, Bongke menjelaskan bahwa sebetulnya pasca tsunami yang melanda wilayah Tanjung Lesung dan sekitarnya, sebagian nelayan sudah mulai bangkit dan membudidayakan ikan di kerambah. Akan tetapi, lanjut, Bongke, hal tersebut lesu kembali setelah pandemi melanda.

Oleh karena itu, saat ini Bongke hanya dapat menjual hasil budidayanya tersebut untuk masyarakat sekitar. Sedangkan untuk permintaan berbagai restoran sudah tidak ada.

Baca Juga :   Puluhan Ton Ikan Tuna Kaleng, Siap Ekspor Ke Saudi Arabia

“Penjualan sekarang paling untuk konsumsi lokal, belum bisa kirim ke luar kota” Kata Bongke.

Harga lobster sendiri saat ini ia jual dikisaran Rp. 450.000/kg, sedangkan ikan kerapu maupun kakap dibanderol sekitar Rp. 100.000/kg. Saat ini ia hanya mampu menjual hasil ikan tersebut maksimal berkisar 1 kwintal saja.

“Hasil penjualan saat ini saja masih kurang untuk beli pakannya” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.