Panennews.com – Untuk meningkatkan pemasaran produk-produk hasil pertanian, termasuk dari subsektor perkebunan, pemerintah terus mendorong kerjasama antara petani dengan pengusaha. Hal tersebut dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) yang memfasilitasi kemitraan antara petani kelapa dari Sulawesi Utara dengan dua perusahaan olahan kelapa. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan 16 Memorandum of Understanding (MoU) antara PT. Mahligai Indococo Fiber dan PT. Kepala Biru Nusantara dengan masing-masing 8 Kelompok Tani kelapa asal Sulawesi Utara. Kegiatan penandatanganan tersebut diakukan di sela Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Akses Pasar Serta Pengembangan Produk Utama dan Produk Samping Kelapa Berbasis Kelompok Tani, di Manado, Kamis (24/9) lalu.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono, dalam sambutannya mengatakan FGD tersebut bertujuan menggali potensi produk turunan kelapa di provinsi sentra produksi kelapa. Ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia melalui kemitraan produksi dan pemasaran. Untuk itu, tambah Kasdi, pihaknya juga melibatkan Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) untuk membuka dan memperluas akses pasar produk pertanian Indonesia.
“Kita mengundang perwakilan dari ITPC Chennai India dan ITPC Shanghai China membicarkan potensi pasar dan hambatan ekspor produk kelapa Indonesia. terutama di masa pandemi covid 19, karena China dan India adalah 2 negara tujuan ekspor terbesar kelapa Indonesia,” papar Kasdi.
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada peringatan Hari Tani Nasional. Dalam menghadapi wabah covid 19 ini, SYL meminta semua pihak untuk memperkuat kolaborasi dalam menguatkan sektor pertanian. Sektor pertanian telah terbukti menjadi penopang utama ekonomi nasional. Di saat ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,3 persen, sektor pertanian menjadi satu-satunya yang tumbuh positif sebesar 2,19 persen.
“Kemajuan sebuah daerah, kabupaten, provinsi bahkan kemajuan nasional sangat ditentukan oleh kaselerasi pertanian yang mampu dioptimalkan untuk lebih kuat, karena hal ini turut menandai kekuatan suatu bangsa,” ucap SYL.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komoditas kelapa menjadi penyumbang devisa dari ekspor peringkat 4 setelah sawit, karet dan kakao. Hingga triwulan ke-2 tahun 2020, ekspor kelapa Indonesia sebesar 988,3 ribu ton atau senilai USD 519,2 juta. Angka volume ekspor ini tercatat meningkat 16 persen, sedangkan dari sisi nilanya meningkat 17 peren dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Saat ini sebagian besar petani kelapa memproduksi kelapa dalam bentuk kopra, sedangkan potensi produk turunan lainnya, baik produk utama maupun produk samping sangat besar. Direktorat Jenderal Perkebunan, menurut Kasdi, terus melakukan upaya-upaya akselerasi peningkatan ekspor tiga kali lipat (Gratieks) melalui peningkaran produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida).
“Kami berharap tercapainya kesepakatan kerjasama pada FGD ini, mampu mendorong percepatan ekspor sehingga pada triwulan ke-4 tahun 2020. Perekonomian negara dapat terdongkrak naik untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi, terutama di sektor pertanian,” ucap Kasdi.
Sementara itu Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi mengungkapkan tantangan pengembangan kelapa nasional tidak hanya persoalan produktivitas tetapi juga nilai tambah yang butuh perhatian besar. Menurutnya, pada masa pandemi covid 19, kebutuhan produk olahan kelapa seperti VCO (Virgin Coconut Oil) semakin meningkat karena memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh. Hanya saja perlu inovasi yang lebih baik lagi di sisi pengolahan dan pemasarannya. Hal yang sama juga terjadi pada sabut kelapa yang memiliki potensi sangat besar untuk bahan baku industry jok, dashboard kendaraan, media tanaman dan alat rumah tangga lainnya.
Peningkatan daya saing produk perkebunan khususnya kelapa, tambah Dedi, dapat dilakukan selain melalui kegiatan promosi, juga melalui upaya diplomasi perundingan baik dalam skema PTA, FTA maupun CEPA. Selain itu, akan dilakukan upaya inisiatif baru dengan negara lain secara bilateral dan regional.
FGD yang digelar di Hotel Sintesa Peninsula ini dihadiri Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC), Kepala Dinas Perkebunan Prov. Sulawesi Utara, Kepala Bappeda Prov. Sulawesi Utara, Kepala Balai Penelitian Kelapa dan Palma (Balit Palma), Ketua Umum Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Kepala ITPC Chennai India, Kepala ITPC Shanghai China dan pelaku usaha VCO, Direktur Utama PT. Kepala Biru Nusantara. [*]