Strategi Komunikasi Hasil Riset Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Menuju Science Based Policy

oleh -149 views
Dok. KKP
Dok. KKP

Panennews.com – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), menyelenggarakan General Lecture bertema ‘Strategi Komunikasi Hasil Riset Sosial EKonomi Kelautan dan Perikanan Menuju Science Based Policy’, pada 10 September 2020, secara daring melalui zoom meeting.

Dalam sambutannya, Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, menuturkan bahwa salah satu amanat Presiden Joko Widodo ke Menteri Kelautan dan Perikanan dalam masa kepemimpinan lima tahun mendatang adalah untuk membangun komunikasi dengan stakeholder Kelautan dan Perikanan. Perbaikan komunikasi ini hendaknya dilakukan dua arah dan dilakukan di eksternal maupun internal KKP.

“Saya melihat posisi kita sebagai pemerintah ini sangat strategis. Dalam perannya, pemerintah berdiri sebagai inisiator, yang kedua sebagai fasilitator dan yang ketiga adalah sebagai regulator. Di samping itu, pemimpin juga memiliki visi dan misi yang akan dibentuk menjadi sebuah cita-cita luhur untuk bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, pada sektor kelautan dan perikanan, perlu adanya strategi komunikasi dan pengemasan hasil riset kajian sosial ekonomi kelautan dan perikanan agar mudah diadopsi oleh pengambil kebijakan dan mudah dipahami oleh para pelaksana kebijakan di internal maupun eksternal KKP,” tutur Sjarief.

Proses perumusan kebijakan, memerlukan data dan informasi ilmiah agar kebijakan yang dihasilkan berkualitas dan efektif. Perumusan kebijakan berdasar hasil penelitian science based policy akan meningkatkan kualitas kebijakan dan pada akhirnya kebijakan berkualitas akan memperkuat daya saing Indonesia.

“Perubahan paradigma penyusunan kebijakan berbasis hasil penelitian ini memerlukan dukungan kemudahan akses hasil penelitian oleh para pengambil kebijakan. Upaya ini juga perlu didukung dengan strategi komunikasi antara lembaga penelitian dengan para pengambil kebijakan sehingga peluang hasil penelitian untuk diadopsi dalam perumusan kebijakan semakin besar. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah belum optimalnya akses hasil penelitian serta masih terbatasnya hasil penelitian baik dari segi kuatitas dan kualitas yang relevan dengan kebijakan prioritas pemerintah,” terang Sjarif.

Baca Juga :   Banyak Kendala, Legislator Minta Pemerintah Permudah Regulasi Ekspor Ikan Hias

Lebih lanjut disampaikan, bahwa komunikasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan dan program pemerintah. Salah satu penyebab masih adanya kebijakan dan program yang belum berhasil mencapai target, kemungkinan disebabkan karena belum berjalannya fungsi komunikasi secara optimal.

Agar tujuan komunikasi optimal, maka diperlukan kombinasi terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai efek yang diterima. Berbagai langkah perbaikan komunikasi pun perlu dilakukan oleh unit-unit kerja KKP sehingga implementasi berbagai kebijakan dan program KKP dapat berjalan dengan baik.

“Kegiatan ini adalah satu langkah awal untuk lebih lanjut dibuat tahapan – tahapan strategi ke depannya, terkait dengan hasil riset dan inovasi kita kepada masyarakat dan bagaimana impact nya. Saya meminta kepada para peneliti untuk setiap saat berani menyampaikan gagasannya tentu saja dengan pemikiran yang strategis . Saya berharap pengetahuan dan skill komunikasi kita meningkat dan komunikasi para peneliti serta para pemangku kebijakan juga akan terjalin lebih erat sehingga terbangun komunikasi dan interaksi diantara para pemangku kepentingan untuk mempercepat adopsi hasil penelitian dan pengembangan,” tegas Sjarief.

Sebagai keynote speaker pada acara ini, Effendi Gazali yang juga merupakan Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Komunikasi Publik, menuturkan bahwa poin utama yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi adalah memahami media baru yakni media daring berupa media sosial atau jurnalisme warga, yang berprinsip menerobos ruang dan waktu, merupakan akses masuk untuk semua, di mana seluruh pihak diperlakukan setara.

Baca Juga :   Didemo Ratusan Petani, Dinas Pertanian Pati Janji Evaluasi Aplikasi XStar

“Kita saat ini memang betul sedang mengalami persoalan komunikasi ketika menghadapi Covid-19. Kita sering kurang mampu menyampaikan pesan-pesan kita dengan sangat baik sehingga apa yang dikerjakan oleh pemerintah contohnya, mungkin tidak terlalu terpublikasikan dengan baik. Lembaga-lembaga riset harusnya melakukan riset-riset tentang istilah-istilah apakah yang paling mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia tentang Covid, sehingga bisa terlibat dengan aktif, dengan kesadaran dalam mengatasi masalah. Namun beberapa lembaga riset justru membahas elektabilitas calon presiden baru, itu masih jauh sekali di 2024,” ungkapnya.

Lebih lanjut dituturkan Effendi, apa yang disampaikan oleh Denis Mcquail, seorang filosofi komunikasi, bahwa dunia kita sekarang ini adalah jaringan dari kemarahan, ketidakberadaban dan harapan. Butuh sebuah strategi komunikasi tertentu dengan dunia industri atau swasta dalam konteks tertentu untuk memperbaiki hal tersebut.

“Yang kita butuhkan adalah mitra yang dalam segala situasi dapat saling bekerja sama dengan kita, atau yang kita sebut sebagai suporter dan partner. Kita juga harus bangun komunikasi sejak awal, bukan komunikasi hasil riset. Pertama, bangun emosi, rasa dan antusias masyarakat, barulah kita sampaikan data hasil riset; yang kedua adalah co creation, niatkan riset kita tujuannya akan ke mana, goalnya, kita kreasikan bersama; dan ketiga adalah tanamkan rasa senang melihat orang lain senang. Sudah saatnya kita melakukan riset atas riset yang kita lakukan,” tutup Effendi. [*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.