Di Kotamobagu, KKP Serahkan Bantuan Unit Percontohan Penyuluhan Budidaya Lele Bioflok

oleh -116 views
Dok. KKP
Foto : Dok. KKP

Tak hanya kelompok pakan, Sjarief juga mengarahkan agar dibentuk kelompok probiotik untuk pertumbuhan ikan dan pencegahan hama dan penyakit ikan dan kelompok pengolah pasca panen. Kelompok pengolah pasca-panen ini dibutuhkan karena menurut Sjarief, jika hasil panen dijual gelondongan maka harganya akan jatuh. Pengolahan lele menjadi aneka diversifikasi olahan makanan dinilai akan lebih menguntungkan.

“Ini bukan sekadar usaha, melainkan sinergi dan kerja sama berbagai kelompok. Jika ada kelompok pembudidaya, kelompok benih, kelompok pakan, kelompok probiotik, hingga kelompok pengolah pasca panen, maka masyarakat akan saling mengisi dalam kegiatan budidaya yang terintegrasi,” ucapnya.

Sinergi dalam kegiatan budidaya ini dipercaya akan membentuk circular economy yang pada akhirnya dapat menciptakan swasembada di daerah.

Senada dengan Sjarief, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilya Pregiwati menginginkan agar terbentuk sinergi yang baik antara penyuluh perikanan dengan kelompok penerima bantuan. Sinergi ini dibutuhkan untuk menularkan teknologi lebih luas kepada masyarakat khususnya yang berada di sekitar Kota Kotamobagu.

Baca Juga :   Launching Food Estate Di Aceh, Wamentan Dorong Kedaulatan Pangan

Lilly pun menjelaskan empat hal mendasar dalam pemilihan percontohan penyuluhan bioflok kali ini. Pertama, teknologi bioflok yang diusung merupakan teknologi yang sudah direkomendasikan dan berhasil dikembangkan di beberapa daerah lain. Kedua, pengembangan teknologi bioflok cukup murah dan terjangkau. Pembuatan empat kolam yang diserahkan kepada Pokdakan Suka Maju misalnya memakan biaya Rp55 juta yang dinilai tidak terlalu mahal untuk satu kelompok masyarakat.

Ketiga, budidaya dengan sistem bioflok merupakan kegiatan budidaya yang ramah lingkungan. Keempat, melalui budidaya sistem bioflok diharapkan muncul inovasi integrasi usaha mulai dari pembenihan hingga penanganan pasca-panen.

Menurut Lilly, percontohan budidaya lele sistem bioflok ini merupakan bantuan percontohan penyuluh perikanan ke-11 yang diserahkan oleh Puslatluh KP, di samping 10 unit percontohan yang telah diserahkan di daerah lain. Ia berharap bantuan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh masyarakat sekitar.

Baca Juga :   Food Estate Rotiklot, Harapan Baru Ketahanan Pangan Nasional Wilayah Timur

Sementara itu, Pengendali Teknis, Inspektorat III, Inspektorat Jenderal KKP, Raymond Bako yang hadir langsung di lokasi berpesan agar penyuluh perikanan setempat memberikan pembinaan dan pelatihan kepada Pokdakan dan masyarakat umum terkait perbedaan budidaya sistem bioflok dengan sistem biasa. Termasuk juga mengkaji manfaat lainnya budidaya sistem bioflok ini seperti pemanfaatan air bekas media pembesaran sebagai pupuk tanaman.

Mengantisipasi dua masalah yang sering terjadi pada budidaya sistem bioflok, yaitu kesulitan pasokan benih dan pemasaran, Raymond memberikan masukan. Ia menyarankan agar pemerintah daerah setempat membuat pengaturan sistem budidaya yang terukur. Menurut Raymond, jika tidak diatur, masyarakat akan kesulitan mendapatkan benih, pun kesulitan memasarkan hasil budidaya saat terjadi panen lele dalam waktu yang bersamaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.