Kandang Terkoleksi
Salah satu inovasinya yaitu dengan menerapkan sistem kandang terkoleksi. Ide awalnya muncul ketika dibeberapa area yang akan dijadikannya lahan peternakan muncul kekhawatiran warga setempat akan bau tidak sedap yang timbul dari peternakan.
Ia dan suaminya akhirnya memikirkan cara terbaik untuk mengelola peternakan yang tidak menimbulkan bau, pengelolaan limbah, serta dengan cara yang mudah dan murah. Maka tercetuslah dengan sistem kandang terkoleksi.
“Kandang terkoleksi mampu memisahkan urine dan feses ternak serta mengoleksi nya sehingga memudahkan dalam membersihkan kandang. Kandang ini menjaga lingkungan bersih, bebas bau dan meningkatkan pendapatan dari penanganan limbah” jelasnya.
Material untuk pembuatan kandang ini berupa kayu, baja ringan dan alasnya terbuat dari katu maupun slat plastik. Biaya yang ada untuk pembuatan kandang ini juga terbilang ringan.
Kelebihan kandang ini yaitu mampu memisahkan limbah peternakanan, sehingga kotoran dapat dikelola dengan baik. Selain itu, dengan penambahan instalasi koleksi feses dan urine akan meningkatkan pendapatan peternak.
Dalam satu kandang ukuran 5 x 18 meter dengan kapasitas 120 ekor saja, dapat menghasilkan sekitar 4 karung feses ukuran 50 kilogram dalam waktu sehari.
“Harga per karung (feses) 25 ribu rupiah, jadi sebulan (penghasilan) dari feses saja 3 juta rupiah per-kandang, belum lagi urinenya.” Paparnya.
Selain itu, dalam peternakannya yang ia kelola warga sekitar dapat memanfaatkan limbah tersebut secara cuma-cuma. Ada juga sebagian warga yang memberikan limbah pertaniannya pada Sinatria Farm sebagai timbal baliknya. Sehingga ada manfaat untuk kedua belah pihak.
Lebih lanjut, vita menjelaskan bahwa sistem kandang ini dapat diduplikasi untuk masyarakat secara bebas. Untuk lebih menguatkan pengetahuan mengenai kandang ini dan dunia peternakan pada umumnya, ia juga sering mengadakan kelas untuk umum secara gratis.
Pemasaran
Sampai saat ini Sinatria Farm memanfaatkan jejaring sosial untuk media pemasarannya, selain juga dilakukan secara konvensional.
Ternaknya sampai saat ini hanya dapat melayani pembeli yang berada di Pulau Jawa. Untuk yang diluar pulau Jawa masih ada berbagai kendala.
“Ada beberapa permintaan (ternak) dari Kalimantan Timur, Riau, Sumatera, tetapi kami masih terkendala transportasi. Jika masalah ini beres Insya Allah kami siap kirim ke seluruh Indonesia.” Ungkapnya.
Untuk harganya sendiri cukup bervariatif. Jenis domba ekor tipis jantan umur 11 bulan harganya berkisar 2.5 juta rupiah. Adapun domba Garut akan sangat tergantung dari kelas dan posturnya.
Dengan kebutuhan daging yang tinggi inilah, maka tak bisa dipungkiri bahwa usaha ternak dapat menjadi satu bisnis yang cukup menjanjikan.
Oleh karenya ia berharap untuk masyarakat yang akan memulai dalam dunia ternak hal yang cukup penting adalah niat dan pantang menyerah.
“Diniatkan ibadah dan membela negara dari aspek ketahanan pangan nasional, serius pantang menyerah, rajin-rajin melebarkan jaringan, terus belajar ke banyak tempat, terbuka terhadap kritik dan masukan.” Paparnya.